KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kredit PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) diproyeksikan masih bertumbuh di tahun 2023. Pembukaan kembali ekonomi dapat mendukung peningkatan pinjaman emiten perbankan ini. Kepala Riset Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengatakan, kredit BBNI masih berpotensi tumbuh meskipun tidak sebesar kenaikan tahun lalu yang mencapai 2 digit karena faktor
high base effect. Kredit BBNI diperkirakan bisa tumbuh di 7-8% pada tahun ini sesuai perkiraan manajemen perusahaan. Tahun lalu, kredit BNI tumbuh sebesar 10,9% secara tahunan menjadi Rp 646,19 triliun pada tahun 2022.
"Sentimen pendukung pertumbuhan kredit tersebut adalah pemulihan ekonomi dalam negeri, meskipun perlambatan ekonomi global bisa saja membatasi pertumbuhannya," kata Cheril kepada Kontan.co.id pekan lalu.
Baca Juga: Ekspansif, RHB Sekuritas Naikkan Target Harga Erajaya (ERAA) Penurunan kredit berisiko yang terus berlanjut dan
net interest margin (NIM) yang stabil di tengah tren suku bunga yg masih tinggi bakal menjadi katalis positif bagi BBNI. Selain itu, Cheril melihat harga sempat terjadi
gap down usai pembagian dividen BBNI dalam jumlah besar sebesar Rp 7,3 triliun baru-baru ini. Namun setelahnya harga terus melanjutkan penguatan. Analis CGS CIMB Sekuritas Handy Noverdanius mengatakan bahwa manajemen BBNI mengungkapkan telah membukukan pertumbuhan kredit yang kuat hingga Februari 2023 yang mencapai 10% YoY, sedikit di atas dari panduan di 7-9% dengan NIM juga sedikit di atas dari panduan. Pendorong utamanya adalah pertumbuhan pinjaman yang berasal dari segmen korporasi, dimana strategi
derisking BBNI masih tetap berjalan dan telah menjangkau hampir 50% dari
diamond clients yang teridentifikasi sebanyak 88 klien menyumbang 30% dari total pinjaman korporasi BBNI saat ini. Sedangkan, untuk segmen UMKM, BBNI masih perlu memperkuat
credit scoring model, namun tetap melihat potensi pertumbuhan pinjaman yang ada di masa depan. BBNI mempertahankan panduan biaya kredit (CoC) berada di 1.5% untuk tahun 2023. CoC di kuartal 1-2023 dapat berada di bawah 1.5% karena tidak ada
downgrade secara spesifik, namun BBNI memperkirakan akan lebih konservatif dengan membukukan lebih banyak provisi setelah kuartal pertama 2023. Terkait dengan total eksposur ke perusahaan konstruksi, pinjamannya hanya sebesar Rp 15 triliun atau 2.3% dari keseluruhan pinjaman di tahun 2022. Khusus WSKT, Bank BNI melihat peningkatan
provision coverage saat ini sudah cukup, mengingat pinjaman tersebut didukung oleh proyek Pemerintah. "BBNI mengindikasikan tidak ada potensi domino dari perusahaan konstruksi lain karena mereka telah direstrukturisasi lebih awal," tulis Handy dalam riset 29 Maret 2023. Selain itu, manajemen BNI menyoroti proses transformasi yang dilakukan oleh perusahaan menunjukkan perkembangan yang baik dan terus berlanjut dalam skala yang lebih luas di dalam organisasi. Perubahan jajaran Direksi BBNI yang baru saat ini juga memperkuat agenda transformasi BNI. Analis UOB Kayhian Posmarito Pakpahan memaparkan bahwa kinerja BBNI di kuartal terakhir tahun lalu yang mencetak laba bersih Rp 4,6 triliun menutup solidnya laba bersih 2022 menjadi Rp 18,3 triliun atau tumbuh 68% YoY. Capaian ini juga lebih tinggi dari posisi laba bersih tahun 2019 yang sebesar Rp 15,4 triliun.
Baca Juga: Segmen Otomotif Menopang Bisnis Astra International (ASII), Cek Rekomendasi Sahamnya Hal ini terutama didorong peningkatan NIM sebesar 15 bp, pendapatan non-bunga yang kuat, serta penurunan beban penyisihan sebesar 37%.
Dalam riset tanggal 26 Januari 2023, Posmarito menjelaskan bahwa laba bersih BBNI di tahun 2022 berada di atas estimasi UOB Kayhian dan ekspektasi pasar yakni terhitung 104% dan 103%. Sementara, NIM turun 16 bps
quarter on quarter (QoQ) menjadi 4,85% karena
Cost of Fund yang lebih tinggi. Adapun mengantisipasi kenaikan suku bunga Fed dan 7DRR, manajemen BNI menaikkan suku bunga simpanan pada kuartal IV-2022, sehingga biaya dana lebih tinggi menjadi 35bp qoq. Ini mengurangi peningkatan imbal hasil 25bps QoQ karena
repricing pinjaman dan pinjaman berisiko (LaR) dan menyebabkan penurunan NIM sebesar 16bps.
Editor: Tendi Mahadi