KONTAN.CO.ID – JAKARTA.
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melanjutkan tren kinerja positif hingga akhir kuartal III-2024. BBCA berhasil mempertahankan pertumbuhan laba bersih double digit berkat solidnya penyaluran kredit di semua segmen. Head of Research RHB Sekuritas Indonesia Andrey Wijaya mengatakan, hasil BBCA di kuartal ketiga sejalan dengan proyeksi yang meraih laba bersih sebesar Rp 14,2 triliun, meningkat 1% qoq dan 16% yoy. Dengan begitu, laba bersih setelah pajak (PATMI) BBCA bertumbuh 13% yoy menjadi Rp 41 triliun selama Januari – September 2024. Pertumbuhan pinjaman BBCA tetap kuat hingga kuartal ketiga 2024. Dimana pinjaman atau kredit Bank BCA meningkat 3,2% qoq menjadi Rp 877 triliun per September 2024. Hasil tersebut membawa kredit BBCA melonjak sekitar 14,5% yoy selama Januari – September 2024.
“Semua segmen mencatat pertumbuhan pinjaman dua digit, dengan tingkat pemanfaatan fasilitas pinjaman yang lebih tinggi di segmen korporat dan pertumbuhan pinjaman UKM yang lebih tinggi di wilayah di luar Jawa,” ujar Andrey kepada Kontan.co.id, Senin (4/11). Andrey menuturkan, atas dasar pertumbuhan pinjaman yang kuat, manajemen BBCA menaikkan panduan pertumbuhan pinjaman tahun 2024 menjadi 10-12% dari sebelumnya 8-10%. Emiten bank swasta terbesar di Indonesia ini mengharapkan lebih banyak pemesanan untuk pinjaman konsumen di kuartal IV, setelah putaran kedua Expoversary yang dimulai pada bulan September.
Baca Juga: Investasi Dana Pensiun di Saham dan Obligasi Korporasi Turun, Ini Kata Dapen BCA Untuk diketahui, BCA Expoversary 2024 dan BCA Expo 2024 sebelumnya mampu mengumpulkan total aplikasi KPR dan KKB lebih dari Rp 78 triliun. Pada event lain, BCA UMKM Fest 2024 diikuti lebih dari 1.700 tenant pengusaha produk lokal sebagai bagian BCA Bangga Lokal dan UMKM binaan Bakti BCA, yang menawarkan beraneka produk seperti makanan, minuman, fesyen, serta berbagai kebutuhan
made in Indonesia. Sementara itu, di tingkat bank, Return on Equity (ROE) BBCA berada di level 24,7% per kuartal ketiga 2024. Sementara rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) masih solid pada level 29,3%. Analis Binaartha Sekuritas Achmadi Hangradhika mengamati, pertumbuhan laba bersih BBCA tumbuh pesat terutama didorong oleh peningkatan pendapatan bunga bersih (NII) sebesar 9,62% menjadi Rp 60,93 triilun. Selain itu, laba bersih dari transaksi nilai wajar mencatat pertumbuhan tertinggi, melonjak 89,82% YoY, yang semakin meningkatkan profitabilitas. Achmadi memandang, solidnya pertumbuhan kredit yang dicetak BBCA sejalan dengan komitmen emiten bank tersebut terhadap prinsip Environmental, Social, Governance (ESG). Seperti diketahi, pinjaman utamanya didorong oleh sehmen korporasi sebesar 15,25% yang menggarisbawahi peran BBCA dalam mendukung ekonomi nasional. Pembiayaan berkelanjutan juga menunjukkan pertumbuhan yang kuat sebesar 10,7% YoY, dengan pembiayaan hijau sebesar 40,65% dan pembiayaan sosial sebesar 59,35%.
Dari situ, sektor sumber daya alam dan penggunaan lahan berkelanjutan mendominasi pembiayaan hijau yang mencakup 71% dari total. ‘’Pertumbuhan kredit yang kuat sejalan dengan komitmen ESG. Kami memproyeksikan portofolio pinjaman konsolidasi BBCA mencapai Rp 899,99 triliun pada akhir tahun 2024, sehingga menandai peningkatan 11,06% yoy,’’ ungkap Achmadi dalam riset 30 Oktober 2024. Di sisi pendanaan, Rasio Dana Murah (CASA) BBCA tumbuh konsisten dengan volume transaksi yang solid. Hingga September 2024, saldo CASA konsolidasi BBCA mencapai Rp915,33 triliun, naik 5,24% YoY, dengan rasio CASA meningkat 144 basis poin menjadi 81,32%. Achmadi menilai, pertumbuhan CASA ini didukung oleh peningkatan volume transaksi sebesar 21% YoY, mencapai 26 miliar transaksi. Sebagian besar transaksi didorong oleh mobile banking dan internet banking BCA, yang mengalami pertumbuhan 24% YoY menjadi 23 miliar transaksi. Adapun total nilai transaksi tumbuh 13% secara tahunan menjadi Rp20.560 triliun, didorong oleh peningkatan pengguna mobile banking dan internet banking Bank BCA menjadi 31,1 juta. Binaartha Sekuritas memproyeksikan posisi CASA Bank BCA akan tumbuh sebesar 5,18% YoY pada akhir tahun 2024, yang mencakup 81,37% dari total simpanan pihak ketiga. Dari sisi kualitas aset, Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah tetap stabil dengan rasio NPL di angka 2,1%, sama dengan posisi September 2023 lalu. Rasio BBCA bank-only juga stabil, meskipun ada sedikit peningkatan 10 bps secara tahunan. Menurut Achmadi, rasio stabil tersebut sebagian besar disebabkan oleh peningkatan NPL tahunan di segmen Komersial & UKM dan Konsumen, yang naik menjadi 2,85% dan 1,85% dari masing-masing 2,37% dan 1,52%. Sebaliknya, pinjaman korporasi mengalami peningkatan paling besar, dengan NPL turun sebesar 41 bps menjadi 1,66%.
Analis NH Korindo Sekuritas Leonardo Lijuwardi menambahkan, dari sisi Loan At Risk (LAR) BBCA juga turun yang menunjukkan kualitas kesehatan aset. LAR BBCA berada di angka 5,9% per kuartal ketiga yang terus menunjukkan tren turun, serta didukung dengan LAR Coverage yang mulai naik. ‘’Capaian angka LAR tersebut sudah sesuai dengan panduan dari manajemen BBCA, dimana ekspektasi berada di angka 6.0% untuk 2024,’’ tulis Leonardo dalam riset 25 Oktober 2024. Leonardo menyebutkan, kombinasi antara kualitas kredit sehat dan pertumbuhan solid penyaluran kredit akan mengarah pada Margin Bunga Bersih atau Net Interest Margin (NIM) yang lebih ekspansif. Faktor ini bakal terus mendukung kinerja BBCA ke depannya. Adapun tren Loan to Deposit Ratio (LDR) dari BBCA terus konsisten naik karena didukung dengan pertumbuhan penyaluran kredit yang terakselerasi stabil. Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) flat secara kuartalan yang ditambah dengan Cost of Fund (CoF) BBCA tetap stabil, serta komposisi earning asset yield yang lebih baik. Total DPK Bank BCA secara tahunan masih bertumbuh 3.4%, namun secara kuartalan berada dalam posisi flat.
Sementara itu, high cost fund Deposito flat secara kuartalan, namun turun –4% YoY, sehingga hal tersebut turut membantu CoF yang lebih stabil dan murah. Alhasil, Margin Bunga Bersih (NIM) BBCA (Bank Only) per kuartal ketiga bertumbuh 10 Bps menjadi 5.9%, dan secara tahunan tumbuh 30 Bps menjadi di level 5.8% Berkaca dari performa tersebut, manajemen BBCA juga merevisi panduan untuk NIM yang berada di angka 5.7-5.8%, meningkat daripada sebelumnya 5.5% - 5.6% untuk tahun 2024. ‘’Katalis yang bisa menjustifikasi harga BBCA tersebut adalah performa operasional yang optimal dan efisien didukung oleh pertumbuhan penyaluran kredit, performa kualitas aset portofolio yang semakin sehat yang mengarah pada NIM yang lebih ekspansif,’’ imbuh Leonardo. Untuk rekomendasi, Leonardo menyarankan
overweight untuk BBCA dengan target harga baru direvisi naik menjadi Rp 11,750 per saham. Namun tetap waspadai situasi makro yang cenderung tidak kondusif dan stabil, serta ekspektasi pertumbuhan kredit dan kinerja BBCA yang tidak bertumbuh sesuai dengan harapan.
Baca Juga: BCA Digital Jalin Kerjasama Channeling dengan PT Commerce Finance Melalui SPayLater Sementara, Achmadi menyarankan Buy untuk BBCA dengan target harga di level Rp 11.975 per saham. Andrey turut menyarankan Buy untuk BBCA, tetapi target harga dipatok lebih tinggi di level Rp 12.060 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari