Penyaluran Kredit Diprediksi Moncer, Simak Rekomendasi Saham BRI (BBRI)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) diproyeksikan mulus di tahun depan. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada segmentasi pasar mikro bakal menjadi katalis positif BBRI.

Research & Consulting Manager PT Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro menilai prospek untuk perusahaan sektor perbankan dengan kapitalisasi besar dan fundamental solid seperti BBRI sangatlah bagus di tahun 2023. Sebab, tren suku bunga tinggi yang masih berlanjut akan berdampak positif pada net interest margin (NIM).

Secara tren, kenaikan suku bunga tinggi akan membuka peluang bagi bank-bank besar untuk mendapatkan manfaat dari kenaikan NIM mereka. Adapun BBRI mencatatkan rasio NIM sebesar 7,23% sampai kuartal III-2022.


Nico bilang, dampak positif kenaikan suku bunga dapat terlihat dari pergerakan saham BBRI sejak peningkatan suku bunga mulai agresif. Harga saham emiten perbankan pelat merah ini terus alami kenaikan sejak pertengahan tahun, sering naiknya suku bunga beberapa kali.

Baca Juga: Emiten Perkebunan Terancam Kehilangan Pasar Eropa Imbas Kebijakan Deforestasi

Berdasarkan data RTI, Senin (26/12), harga saham BBRI memang terpantau menghijau dalam periode enam bulan terakhir atau tumbuh 13,59%. Saat ini harga saham BBRI berada di level Rp 4.930 per saham.

Menurut Nico, pertumbuhan kredit seharusnya tetap moncer setelah dalam dua tahun terakhir mengalami pertumbuhan kredit yang melandai akibat pandemi. 

"Apalagi BBRI memiliki pangsa pasar yang sangat luas ke berbagai daerah di Indonesia dan diproyeksi akan terus mendorong pertumbuhan kredit mikronya," kata Nico saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (26/12).

Dia menambahkan, kenaikan suku bunga dianggap tidak terlalu signifikan terhadap non performing loan (NPL) BBRI. Hal itu karena NPL emiten perbankan ini masih lumayan rendah dan di tingkat yang bisa dikelola. Rasio NPL BBRI cenderung flat di 3,1% per akhir September 22.

"Tantangan yang perlu diperhatikan BBRI ke depan lebih kepada ketidakpastian perekonomian global tahun 2023," tambah Nico.

Baca Juga: Ini Saham Bank yang Naik Paling Tinggi Sepanjang 2022 dan Prospek Untuk Tahun 2023

Analis Samuel Sekuritas Prasetya Gunadi meyakini bahwa BBRI akan membukukan pertumbuhan pinjaman dua digit tahun depan. Hal itu mengingat pasar BBRI yang luas terutama segmentasi pada kredit mikro.

Asal tahu saja, kredit BBRI tumbuh sebesar 8,2% YoY didorong oleh segmen mikro sekitar 13,9% YoY yang sekaligus meningkatkan komposisi kredit UMKM menjadi 81,9% sampai kuartal ketiga 2022. Di periode yang sama tahun lalu, kredit UMKM BRI cuma sebesar 80,5%.

Dalam riset 17 November 2022, Prasetya menjelaskan bahwa pertumbuhan kredit BBRI ke depan bakal didukung oleh program KUR dan Kupedes. Inisiatif tersebut dinilai akan mendongkrak NIM meskipun ada tekanan di cost of fund.

Buktinya, kredit mikro Kupedes penyalurannya sukses meningkat 36,1% YoY dan tumbuh 19.0% QoQ di kuartal ketiga 2022. Manajemen BBRI pun menargetkan angka penyaluran KUR di 2023 akan sama seperti pada 2022, meski pemerintah telah menaikkan kuota untuk 2023.

Baca Juga: GOTO Keluar dari Jajaran Big Caps, Langkah IHSG Semakin Ringan

Sementara cost of credit BBRI terpantau turun menjadi 3,02% dari periode Januari-September 2022, meskipun masih lebih tinggi dari proyeksi sebesar 2,7%-2,9%. Tahun depan, manajemen BBRI memproyeksikan cost of credit akan mencapai 2,4%-2,6% di 2023 dan menyusut jadi 2% dalam jangka panjang.

"Fokus BBRI ke depan akan terus menggenjot pertumbuhan kredit mikro, yang menawarkan margin lebih tinggi dibandingkan segmen lainnya di tahun 2023," tulis Prasetya dalam riset 17 November lalu.

Meskipun belum ada proyeksi resmi untuk 2023, BBRI telah mengindikasikan bahwa pinjaman mikro berpotensi tumbuh 11%-13% tahun depan. Pendorong utama pertumbuhan pinjaman BBRI bakal didukung oleh KUR dan Kupedes.

Selain itu, lanjut Prasetya, BBRI akan terus memperluas segmen kredit lainnya seperti kredit Unit Kecil Menengah (UKM) dan segmen korporasi. BRI pun berniat meningkatkan layanan untuk nasabah melalui peningkatan manajemen risiko di setiap segmen.

Baca Juga: Perbankan Masih Andalkan SBN untuk Kelola Likuiditas Berlebih di Tahun Depan

Analis CGS CIMB Sekuritas Handy Noverdanius dalam riset 30 November 2022 menerangkan bahwa berlanjutnya skema tarif KUR sangat berdampak positif bagi BBRI. Pemerintah telah mengumumkan terkait penurunan tarif KUR super mikro dari 6% menjadi 3% di tahun 2023. Pemerintah telah menyiapkan anggaran KUR Rp 460 triliun di 2023.

Penyaluran KUR mikro memiliki plafon pinjaman antara Rp 10 juta sampai Rp 100 juta. Sedangkan plafon KUR kecil memberikan pinjaman antara Rp 100 juta-Rp 500 juta.

Kendati tarif KUR turun, namun kinerja BBRI diproyeksikan masih positif. "Hal tersebut karena KUR super mikro hanya berkontribusi sebesar 3% dari total pinjaman KUR untuk BBRI," imbuh Handy dalam risetnya.

Handy memproyeksikan BBRI akan kembali mencetak pertumbuhan yang baik untuk pinjaman di bawah Kupedes. Serta, terdapat sinergi yang kuat dengan Permodalan Nasional Madani (PNM) dan Pegadaian. Langkah ini berkesinambungan dengan peningkatan kualitas aset.

Adapun Handy menyarankan add saham BBRI dengan target harga Rp 5,200 per saham. Sementara Nico merekomendasikan buy untuk BBRI dengan target harga di Rp 5.600 per saham. Senada, Prasetya ikut merekomendasikan buy saham BBRI dengan target harga Rp 5.800 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati