KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit hijau bank-bank besar semakin menggeliat pada kuartal I-2024. Salah satunya ditopang pendanaan lewat surat utang berkelanjutan. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi bank dengan penyaluran kredit hijau terbesar pada kuartal I-2024 ini. BCA berhasil menyalurkan pembiayaan atau kredit ke sektor-sektor berkelanjutan dengan jumlah mencapai Rp 197,4 triliun. Jumlah kredit hijau tersebut setara 23,5% dari total portofolio pembiayaan. Kredit hijau hingga Maret 2024 itu tercatat tumbuh sebesar 9,1% secara tahunan atau year-on-year (yoy).
"Dalam rangka terus mendorong penyaluran kredit ke sektor ini, BCA memberikan promo suku bunga kredit bagi debitur komersial dan UKM yang bergerak dalam Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan," kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, belum lama ini.
Baca Juga: Bank Negara Indonesia (BBNI) Danai Akuisisi PLTB Sidrap Oleh Barito Group Jahja menerangkan, konsistensi perseroan dalam mendukung penerapan ekonomi sirkular dibuktikan BCA dengan telah mengumpulkan total 208 ton limbah pada kuartal I 2024. Limbah tersebut terdiri dari limbah organik, non-organik, dokumen yang tidak terpakai, serta limbah elektronik. Selain itu, penerapan praktik usaha berkelanjutan lainnya oleh perseroan juga tercermin dari keberhasilan Wisma BCA di Bukit Semarang Baru (BSB) Semarang yang meraih sertifikat Green Building kategori Existing Building V1.1 Level Platinum dari Green Building Council Indonesia (GBCI). PT Bank Mandiri juga berhasil mencatatkan total portofolio kredit hijau mencapai Rp 130 triliun pada kuartal I-2024 atau tumbuh 19,3% dari periode sama tahun sebelumnya. Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Alexandra Askandar mengatakan, sebagai bank wholesale, Bank Mandiri secara konsisten mengembangkan berbagai instrumen keuangan berkelanjutan melalui sustainability linked-loan, green loan, corporate-in-transition financing dan social loan dalam mendorong nasabah menuju ekonomi rendah karbon. Ia mencontohkan, pada kuartal I 2024 Bank Mandiri telah menyalurkan pembiayaan bangunan berwawasan lingkungan sebesar Rp 6,7 triliun. Selain itu, total portofolio sosial Bank Mandiri mencapai Rp 134 triliun atau meningkat sebesar 9% yoy. Sehingga secara total, portofolio berkelanjutan Bank Mandiri berhasil tumbuh 14% menjadi Rp 264 triliun pada akhir Maret 2024. Jumlah tersebut setara dengan 24% dari total portofolio kredit Bank Mandiri. Konsistensi ini juga diikuti oleh serangkaian program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang dilakukan Bank Mandiri dengan fokus kepada pemberdayaan masyarakat melalui inklusi finansial. Program ini telah memberikan dampak positif kepada lebih dari 6,2 juta masyarakat di Indonesia. “Pembiayaan hijau telah diarahkan untuk fokus ke sektor berkelanjutan, seperti renewable energy termasuk pembangkit listrik bertenaga hydro, geothermal, transportasi, hingga ekosistem kendaraan listrik dari hulu ke hilir," ucap Alexandra. Adapun PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) berhasil mencatat kredit hijau tumbuh dengan rata-rata 23% setiap tahun (CAGR) dengan nilai Rp 67,4 triliun pada kuartal I-2024, dibandingkan akhir Desember 2020 sebesar Rp 29,5 triliun.
Baca Juga: Kredit Hijau Bank BNI Capai Rp 67,4 Triliun pada Kuartal I-2024 Penyaluran kredit hijau tersebut memiliki porsi 14,2% dari keseluruhan wholesale loan, sementara pada Desember 2020 porsinya baru sebesar 7,8%. "Salah satu bentuk penyaluran kredit hijau tersebut adalah pembiayaan akuisisi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap di Sulawesi Selatan dengan kapasitas 75 Megawatt Peak (MwP) senilai Rp1,6 triliun," ujar Direktur Risk Management David Pirzada saat paparan kinerja perusahaan, Senin (29/4). David mengatakan, sebagai bank milik negara yang menjadi motor penggerak pelaksana Keuangan Berkelanjutan (Sustainable Finance) di Indonesia, BNI terus berkomitmen menginternalisasi prinsip keuangan berkelanjutan. Menurut David, sustainability atau keberlanjutan telah menjadi jantung dari bisnis BNI. Salah satu inisiatif yang dilakukan adalah dengan menetapkan target Net Zero Emission (NZE) aktivitas operasional BNI pada 2028 dan pembiayaan pada tahun 2060. Di sisi lain, BNI berhasil mengoptimalkan penyaluran green bond sebesar Rp 5 triliun ke sektor energi terbarukan, transportasi ramah lingkungan, pengolahan sampah, bangunan berwawasan lingkungan, dan pengelolaan sumber daya alam.
Baca Juga: Dorong Pertumbuhan Kredit, Ini yang Dilakukan Bank Indonesia Melalui penyaluran green bond tersebut, BNI telah berhasil memberikan kontribusi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, memproduksi energi bersih, menghemat energi, mendaur ulang sejumlah limbah, serta memelihara keberlanjutan sumber daya alam. BNI juga memiliki perhatian khusus pada risiko transisi yang dihadapi debitur dan telah menerapkan Sustainability Linked Loan (SLL) untuk mendorong pelaksanaan prinsip ESG termasuk di dalamnya transisi energi debitur. Sampai dengan akhir Maret 2024, BNI telah menyalurkan SLL senilai Rp 4,9 triliun kepada perusahaan-perusahaan top tier di sektor industri pengolahan semen, baja, dan agroindustri. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi