Penyaluran Kredit Properti Naik, NPL Membaik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rezim suku bunga tinggi tampaknya tak membuat kualitas kredit properti memburuk. Rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) kredit properti justru secara perlahan terus membaik diikuti dengan penyaluran kredit yang kian naik.

Jika mengacu data Bank Indonesia (BI), NPL kredit properti per Juni 2024 berada di level 2,64%, membaik dari periode sama tahun lalu di level 2,72%. Namun, posisi tersebut sedikit lebih tinggi jika dibandingkan akhir tahun lalu yang berada di level 2,47%.

Secara spesifik, NPL di sektor Kredit Pemilikan Rumah (KPR) rumah tapak pada periode sama berada di level 2,40%, juga turun dari posisi sama tahun lalu di level 2,51%. Sementara, NPL di sektor NPL rumah susun ada kenaikan sedikit di Juni 2023 sekitar 2,37% menjadi 2,62% di Juni 2024.


Penurunan NPL kredit properti sejalan dengan pertumbuhan kredit di segmen tersebut yang kian agresif. Per Juni 2024, kredit properti secara industri tumbuh 11,1% YoY, sementara pada Juni 2023, pertumbuhan kredit properti hanya di 6,55% YoY.

Kondisi kualitas kredit yang membaik juga terjadi pada PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) yang merupakan bank dengan portofolio kredit properti terbesar. NPL kredit properti BTN membaik dari 3,7% turun menjadi 3,3% pada Semester I-2024.

Baca Juga: Optimalkan Penjualan Aset Bermasalah, Pendapatan Recovery Bank Tumbuh di Semester I

Adapun, penurunan NPL terbesar berasal dari segmen konstruksi yang mencapai 190 basis poin (bps). NPL segmen konstruksi kini berada di level 24,4% dan tetap menjadi yang tertinggi di BTN.

Direktur Manajemen Risiko BTN Setiyo Wibowo mengatakan, secara keseluruhan, memang ada perbaikan kualitas kredit yang dimiliki BTN. Hingga akhir tahun ini, BTN menargetkan bisa menurunkan rasio NPL di bawah 3%.

“NPL tetap terjaga di level yang sesuai target,” ujar Setiyo, Sabtu (10/8).

Setiyo juga menyebut, perbaikan kualitas kredit juga terlihat dari rasio Loan at Risk dari level 23,1% menjadi 21,2%. Ia bilang penurunan LAR memang sudah direncanakan turun secara gradual.

Ia mengungkapkan banyak strategi yang telah dilakukan oleh BTN seperti penyempurnaan proses underwriting, scoring dan automasi sampai dengan perbaikan collection dan recoveries. BTN sudah mengantisipasi berakhirnya masa restrukturisasi covid sejak dua tahun belakangan dengan strategi frontloading.

“Jadi kualitas kredit membaik di saat pertumbuhan kredit juga baik,” ujarnya.

Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) tak mencatat khusus berapa NPL kredit properti yang dimiliki. Hanya saja, untuk NPL kredit konsumer, yang di dalamnya ada kredit properti, tercatat naik per semester I-2024 di level 21,8% dari periode sama tahun lalu di level 21,3%.

Hera F. Haryn, EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA tak merinci apakah kenaikan tersebut dari kredit properti atau kredit konsumer lainnya. Ia hanya bilang khusus untuk KPR, pada prinsipnya BCA senantiasa melakukan analisis pengajuan kredit secara pruden.

“Kami memanfaatkan analisis data serta pengenalan nasabah secara lebih dekat melalui kantor cabang, guna memastikan terjaganya kualitas kredit dan pelayanan BCA,” ujar Hera.

Ia menegaskan   BCA terus menerapkan disiplin manajemen risiko secara disiplin dalam penyaluran kredit, sehingga NPL tetap terkendali. Di mana, ia juga optimistis kredit properti dapat terus bertumbuh, namun tetap memperhatikan kondisi ekonomi dan kebijakan pemerintah untuk sektor industri properti maupun pelaku perbankan dalam penyaluran KPR.

Baca Juga: OJK Optimistis Kualitas Kredit UMKM Membaik Meski Sensitif Dengan Daya Beli

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan membenarkan memang ada perbaikan untuk kualitas kredit properti. Tapi, ia melihat perbaikan itu tidak signifikan, sehingga tetap ada potensi pemburukan di tahun ini.

Ia bilang perbaikan mungkin bisa dikarenakan membaiknya kemampuan membayar debitur. Tapi, kenaikan bunga acuan di awal tahun ini tetap dapat meningkatkan risiko kredit properti.

“Perbaikan belum mencerminkan pulihnya sektor properti karena suku bunga belum turun dan daya beli masyarakat juga belum membaik,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat