KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan terus memacu fungsi intermediasinya. Hingga Juni 2022, penyaluran kredit tumbuh 10,66% year on year (yoy). Pertumbuhan itu lebih cepat dibandingkan pertumbuhan penempatan dana bank di surat berharga negara (SBN). Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian keuangan, penempatan dana bank di SBN mencapai Rp 1.649,83 triliun per 18 Agustus 2022. Nilai itu hanya tumbuh 8% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 1.527,64 triliun. Perbankan masih akan mengoptimalkan likuiditas yang ada dengan memarkir dana di SBN dan surat berharga lainnya. Namun, tetap mewaspadai risiko kenaikan suku bunga dan inflasi yang mendaki.
Baca Juga: Ini Sektor Debitur Perbankan yang Masih Sulit Bangkit dari Dampak Covid-19 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) mencatatkan kepemilikan surat berharga sebanyak Rp 345,54 triliun per Juni 2022. Nilai itu naik 9,53% yoy dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 315,48 triliun. Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto menyatakan SBN dan surat berharga lainnya merupakan salah satu alternatif instrumen investasi dalam optimalisasi ekses likuiditas perbankan dengan tujuan optimalisasi tingkat imbal hasil aset BRI. Sejak awal tahun hingga akhir Juni 2022, BRI telah melakukan pembelian SBN total Rp 38 triliun untuk posisi bank. “Korporasi masih melakukan penempatan pada SBN di tahun 2022 dengan tetap memperhatikan kebutuhan likuiditas bank dan volatilitas pasar sebagai pertimbangan utama, khususnya di tengah isu kenaikan suku bunga dan tekanan inflasi global. Pembelian SBN salah satunya dilakukan juga sebagai strategi re-profiling aset SBN yang jatuh tempo setelah teralokasi untuk pertumbuhan penyaluran kredit,” katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (21/8). BRI Group berhasil menyalurkan kredit Rp 1.104,79 triliun atau naik 8,75% yoy pada kuartal II 2022. BRI Group mampu meraih pertumbuhan kredit dan pembiayaan di kisaran 9%-11% sampai akhir tahun. Sedangkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatatkan surat berharga mencapai Rp 286,84 triliun secara bank only per Juni 2022. Merujuk laporan keuangan, Posisi tersebut naik 36% yoy dari posisi yang sama tahun lalu senilai Rp 210,23 triliun. Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi AS Aturridha menyatakan penempatan dana di SBN merupakan bagian dari strategi manajemen likuiditas dan optimalisasi asset liability management bank. Investasi pada instrumen Surat Berharga Negara dilakukan dengan memperhatikan berbagai faktor, antara lain ekses likuiditas yang tersedia, pertumbuhan kredit, serta risk appetite bank. “Porsi kepemilikan Surat Berharga Negara Bank Mandiri bersifat dinamis seiring dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit serta menyesuaikan dengan kondisi perekonomian,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (19/8).
Baca Juga: Penyaluran Kredit UMKM Bank Mandiri Naik 12,5% hingga Semester I Sedangkan penyaluran kredit Bank Mandiri secara konsolidasi tumbuh 12,22% year on year (yoy) menjadi Rp 1.138,31 triliun di paruh pertama 2022. Hingga akhir tahun, Bank Mandiri memproyeksikan pertumbuhan kredit 8% hingga 11% yoy.
Adapun Direktur Keuangan PT Bank Central Asia (BCA) Vera Eve Lim menyatakan BCA mencatat dana yang ditempatkan dalam surat berharga mencapai Rp238 Triliun per Juni 2022. Nilai itu tumbuh 10,54% yoy dari posisi yang sama tahun lalu Rp 251,31 triliun. “BCA mencermati bahwa penempatan dana pada instrumen surat berharga sebagai bagian dari strategi pengelolaan likuiditas perusahaan serta mendukung perekonomian nasional di tengah tantangan terkini. Hal ini juga untuk menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat,” tuturnya. Adapun total kredit BCA naik 13,8% yoy menjadi Rp 675,4 triliun per semester I 2022. BCA optimis kredit bisa naik 8% hingga 10% di sepanjang tahun ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi