Penyaluran kredit sepeda motor masih melempem



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski penjualan kendaraan motor mulai menanjak, namun bisnis pembiayaan roda dua multifinance masih susut. Alhasil, pembiayaan motor masih menunjukkan tren penurunan pada tengah tahun ini. 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, pembiayaan motor multifinance turun 13,69% yoy menjadi Rp 81,29 triliun pada Juli 2021. Jika dirinci pembiayaan motor baru dan lama, masing-masing sebesar Rp 63,52 triliun dan 17,77 triliun. 

Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menjelaskan, bahwa penjualan kendaraan motor belum sepenuhnya pulih. Sebab kenaikan penjualan motor belum sekencang saat tahun 2019.  


Kedua, perusahaan pembiayaan juga lebih selektif menyalurkan kredit. Alhasil, tidak semua permohonan kredit motor dari debitur diterima, khususnya di masa pandemi Covid-19. 

Baca Juga: Kinerja bank syariah lampaui performa industri perbankan di semester I-2021

Ditambah lagi, pemain multifinance sudah menggunakan sistem layanan informasi keuangan (SLIK). Melalui sistem ini, perusahaan dapat mengetahui riwayat debitur untuk mengetahui lancar atau tidak ketika membayarkan kredit nanti. "Leasing sekarang lebih hati-hati kita mengecek dari SLIK. Maka dari itu banyak kredit yang ditolak karena reputasi debitur," kata Suwandi, Minggu (12/9). 

Secara umum, pembiayaan otomotif berkontribusi sekitar 70% dari total pembiayaan industri multifinance. Sejak tahun 2000, bisnis pembiayaan tumbuh pesat dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata (CAGR) 25 %-30%, khususnya di pembiayaan motor. 

Sementara itu, PT Adira Dinamika Multi Finance (Adira Finance) mencatatkan pembiayaan baru bertumbuh sebesar 17,3% yoy menjadi Rp 11,8 triliun pada semester I 2021. Hampir semua segmen produk pembiayaan mengalami kenaikan terutama didominasi segmen pembiayaan mobil baru sebesar 30,1% yoy.

Kemudian diikuti segmen pembiayaan mobil bekas dan sepeda motor baru masing-masing sebesar 23,4% yoy dan 13,3% yoy. Namun piutang yang dikelola perusahaan masih turun 18,1% yoy menjadi Rp 41,3 triliun pada periode yang sama karena rundown portfolio yang lebih tinggi. 

Baca Juga: Meski kinerja tertekan, perusahaan multifinance masih lancar dapat pendanaan

Guna mengantisipasi penurunan lebih besar, perusahaan akan lebih berfokus pada penjualan yang tersegmentasi di luar Jawa dan Bali. Perusahaan juga akan lebih menyelaraskan antara pertumbuhan pembiayaan baru dan pengendalian kualitas aset di tengah lingkungan operasional yang penuh tantangan untuk mempertahankan kinerja perusahaan. 

Adira Finance terus berinovasi mempersiapkan strategi bisnis untuk menanggapi arah perubahan konsumsi masyarakat yang menjadi lebih digital savvy dengan mempermudah pelanggan dalam melakukan pembiayaan tanpa harus melalui kantor cabang. "Oleh karena itu, perusahaan terus melakukan inovasi dan mengembangkan digital platform Adiraku," terang Presiden Direktur Hafid Hadeli. 

Hingga Juni 2021, jumlah konsumen yang telah mengunduh aplikasi Adiraku sekitar 1,5 juta konsumen dan jumlah konsumen yang terdaftar sekitar 700 ribu konsumen.

Selanjutnya: Perusahaan multifinance masih lancar peroleh pendanaan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi