KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit sindikasi terus bertambah hingga minggu kedua September 2022 walaupun secara nilai belum melampui capaian di periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan Bloomberg League Table Reports, total kesepakatan kredit sindikasi per 12 September 2022 sudah 38 proyek dengan nilai mencapai US$ 16,6 miliar atau sekitar Rp 245,7 triliun (asumsi kurs Rp 14.800). Dari posisi akhir Juni 2022, sudah ada tambahan 22 kesepakatan baru. Sepanjang semester I 2022, kesepakatan sindikasi baru mencapai 16 proyek dengan nilai US$ 5,01 miliar.
Namun, capaian tersebut masih turun 2% dari periode yang sama tahun 2021 yang mencapai 55 kesepakatan dengan nilai US$ 16,95 miliar.
Baca Juga: Begini Strategi BNI Agar Bisa Menjadi Bank Berkapasitas Global Kesepakatan kredit sindikasi berasal dari berbagai sektor mulai dari energi, tambang, smelter, perkebunan sawit, infrastruktur jalan tol, keuangan, pelayaran, serta industri. Kesepakatan terbesar berasal dari sektor energi sebesar US$ 3,71 miliar, tambang US$ 3,5 miliar, smelter US$ 2,28 miliar, telekomunikasi dan data center sebesar US$ 1,18 miliar, dan keuangan sebesar US$ 1,05 miliar. Partisipasi kredit sindikasi tertinggi ditorehkan oleh Bank Mandiri dengan capaian US$ 1,93 miliar. Bank pelat merah ini terlibat sebagai mandated lead arranger di 25 kesepakatan sindikasi selama sekitar 8,5 bulan pertama tahun ini. Namun, capaian Bank Mandiri ini masih lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya yang berpartisipasi sebesar US$ 3,17 miliar dalam kredit sindikasi. Di urutan selanjutnya, ada PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yang terlibat pada 11 kredit sindikasi dengan berpartisipasi sebesar US$ 1,68 miliar. Sama seperti Bank Mandiri, capaian BNI ini juga lebih kecil dari tahun lalu. Pada periode Januari-12 September 2021, bank ini berpartisipasi US$ 2,16 miliar dalam kredit sindikasi. Di posisi ketiga, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) berpartisipasi US$ 1,16 miliar dari tujuh proyek sindikasi hingga 12 September 2022. Itu meningkat 10,4% secara tahunan. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang berdiri di urutan keempat mencatatkan partisipasi US$ 1,15 miliar dalam 11 proyek atau melonjak 154% dari US$ 456,5 juta pada periode yang sama tahun 2021. Bank CIMB Niaga telah berpartisipasi sebesar US$ 873,44 juta dalam 12 proyek atau meningkat 39,6% secara tahunan. Adapun Bangkok Bank Plc yang merupakan induk Bank Permata berpartisipasi sebesar US$ 847,81 dalam delapan proyek atau naik dari US$ 276,21 juta pada periode yang sama tahun lalu. BCA optimistis penyaluran kredit sindikasi pada tahun ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu. "Kami melihat prospek kredit sindikasi hingga akhir tahun akan lebih baik dari 2021 mengingat banyaknya permintaan untuk refinancing dan permintaan baru," kata Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F. Haryn kepada Kontan.co.id, baru-baru ini. BCA berkomitmen untuk mendukung pengembangan infrastruktur di Indonesia dengan menyalurkan kredit sindikasi untuk proyek-proyek strategis nasional seperti infrastruktur jalan tol, konstruksi dan kelistrikan.
Baca Juga: Dapat Pinjaman Sindikasi US$ 327 Juta, Begini Fokus Bisnis Indomobil Finance ke Depan Hera bilang, saat ini, perseroan sedang menangani beberapa pipeline sindikasi yang berasal dari sektor infrastruktur, properti, agribisnis dan telekomunikasi. BCA akan turut berpartisipasi dalam pembiayaan proyek infrastruktur dengan mempertimbangkan faktor risk appetite, posisi likuiditas dan modal serta memilih proyek-proyek yang berpotensi memperkuat bisnis inti perseroan. Bank Permata akan terus mengupayakan partisipasi pada kredit sindikasi sebagai salah satu bagian dari strategi ekspansi di sektor korporasi dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian. Direktur Wholesale Banking Bank Permata Darwin Wibowo mengatakan, sepanjang tahun berjalan, perseroan sudah terlibat dalam proyek sindikasi, salah satunya di sektor properti dan multifinance. "Saat ini, ada beberapa pipeline sindikasi yang kami harapkan bisa selesai dalam dua tiga bulan ke depan. Pipeline ini berasal dari beberapa industri, ada manufaktur, pembiayaan dan real estate. Peluangnya cukup besar," kata Darwin dalam paparan publik, Selasa (6/9). Aestika Oryza Gunarto, Sekretaris Perusahaan BRI sebelumnya juga menyebutkan bahwa BRI masih optimistis dalam pencapaian partisipasi kredit sindikasi hingga akhir tahun 2022 akan naik dari tahun 2021. Pasalnya, perseroan saat ini sudah punya beberapa pipeline yang sudah mendekati tahap finalisasi kesepakatan. Selain itu, ada juga beberapa potensi sindikasi yang telah dipetakan BRI dan yang sudah masuk dalam pipeline sindikasi BRI diantaranya yakni sektor tambang, downstream agribusiness, petrochemical.
Baca Juga: Tahun Ini, Bank BUMN Targetkan Pendapatan Berbasis Komisi Tumbuh Dua Digit Kredit Sindikasi yang disalurkan perbankan di antaranya kepada perusahaan berikut: 1. Medco Global Pte ltd US$ 450 juta 2. Pertamina US$ 1.190 juta 3. Medco daya Pratama US$ 380 juta 4. PLN US$ 1.690 juta 5. Bumi Mineral Sulawesi US$ 127,74 juta 6. Halmahera Jaya Feronikel US$ 530 juta 7. Ceria Metalindo Prima US$ 277,69 juta 8. Amman Mineral Industri US$ 1.350 juta 9. Dian Swastika Sentosa Tbk US$ 150 juta 10. Saptaindra Sejati US$ 350 juta 11. Freeport Indonesia US$ 3.000 juta 12. PSN Enam Indonesia US$ 114,34 juta 13. Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk US$ 848,55 juta 14. ST Telemedia Global Data Centres Indonesia US$ 224,47 15. Semesta Marga Raya US$ 104,16 juta 16. Pejagan Pemalang tol Road US$ 326,61 juta 17. Jasamarga Pandaan Malang US$ 258,46 juta 18. PP Semarang Demak US$ 256,49 juta 19. Astra Sedaya Finance US$ 300 juta 20. Mandala Multifinance US$ 82,8 juta 21. BTN US$ 98,02 juta 22. Indomobil Finance Indonesia US$ 327 juta 23. Jacc Mitra Pinasthika Mustika Finance Indonesia US$ 248,67 juta 24. Tunas Baru Lampung Tbk US$ 236,2 juta 25. Inti Indosawit Subur US$ 120 juta 27. Energi Unggul Persada US$ 82,63 juta 28. Sawit Sumbermas Sarana US$ 243,15 juta 29. Armada Gema Nusantara US$ 231,90 juta 30. Soechi lines Tbk US$ 65 juta 31. Sinar Sosro 32. Trans media Corpora 33. Plaza Indonesia Investama 34. Cemindo Gemilang 35. Oki Pulp & Paper Mills
36. FKS Multi Agro Tbk (perikana 37. Charoen Pokphan 38. Wika Tirta Jaya Jatiluhur Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi