Penyaluran KUR semakin kencang



JAKARTA. Perbankan terus menggelontorkan kredit usaha rakyat (KUR) kepada debitur-debitur mikro. Dari bulan ke bulan, nominal penyaluran KUR dan debitur yang menerimanya semakin banyak.

Salah satunya, Bank BNI. Per April 2012 telah menyalurkan KUR sebesar Rp 7,8 triliun kepada 101.000 usaha kecil di seluruh Indonesia.

Pada akhir Februari 2012, bank berlogo angka 46 ini baru menyalurkan KUR sekitar Rp 7 triliun kepada 88.037 debitur. Penyaluran kredit ini, BNI memilih pedagang-pedagang kecil yang memiliki usaha pasar lokal. Pengusaha kecil berasal dari beberapa sektor usaha, yakni perdagangan sebesar 55%, sektor pertanian 33%, sektor jasa 8%, industri pengolahan 4%, dan sisanya sektor lain-lain.


Bersamaan dengan itu, bank pelat merah ini memperkuat dengan kuantitas jaringan, seperti 51 sentra kredit kecil (SKC), 104 unit kredit kecil (UKC), 20 sentra kredit menengah (SKM), 90 kantor cabang stand alone, dan didukung 912 kantor layanan.

Ayu Sari Wulandari, Deputi General Manager Divisi Bisnis Komersial & Kecil BNI, mengatakan, pemberian fasilitas pembiayaan ini untuk pengembangan dan pemberdayaan usaha kecil dan menengah (UKM).

Sementara Bank Rakyat Indonesia (BRI) menyalurkan KUR Lebih besar lagi, mencapai Rp 44,9 triliun per awal April 2012. Jumlah itu bertambah sekitar Rp 5,6 triliun-Rp 5,7 triliun dibandingkan posisi akhir tahun 2011. "Penambahan ini berasal dari permintaan debitur baru," terang Djarot Kusumayakti, Direktur Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) BRI.

Margin menggiurkan

Muhammad Ali, Sekretaris Perusahaan BRI mengatakan, KUR tersebut mengalir kepada 5,8 juta debitur. Sebanyak 2 juta debitur di antaranya belum melunasi utang kredit. Dari jumlah tersebut rasio kredit macet atau non perfoming loan (NPL) KUR sebesar 2,78%.

Kredit macet ini terjadi karena usaha mereka terbilang baru berjalan dan usahanya kecil, sehingga mitigasi risiko belum berpengalaman. Bank penguasa kredit UKM ini menargetkan rasio NPL akan turun menjadi 2%.

Penurunan NPL bisa berlangsung saat penyaluran kredit meningkat. Djarot mengaku, akan terus menyalurkan KUR ke sektor mikro ataupun ritel.

Selain menurunkan NPL, hal ini sekaligus untuk meningkatkan pendapatan. Maklum, pendapatan margin bunga bersih dari kredit ini menggiurkan karena tingkat bunga yang diberikan tinggi. Misalnya, sektor KUR terbagi dua yakni KUR ritel dengan pemberian bunga 13%, sedangkan KUR mikro sebesar 22%.

Tingkat bunga yang berbeda ini karena biaya operasional atau overhead dan risikonya berbeda. "Kami akan mengoptimalkan penyaluran KUR melalui 8.000 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia," jelas Gatot.

Untuk KUR sektor mikro, BRI memberi utang Rp 6 juta per debitur, sedang ritel Rp 100 juta per nasabah. Selama tahun 2012 ini, bank yang memiliki fokus kredit mikro ini menargetkan penyaluran KUR mencapai Rp 55 triliun. Jumlah ini tumbuh 41% dibandingkan realisasi akhir tahun 2011 yang mencapai Rp 39 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can