KONTAN.CO.ID - Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat dicegah sejak dini dengan menyetahui penyebab dan caranya. Hipertensi menjadi salah satu masalah utama kesehatan dan yang banyak diderita oleh masyarakat Indonesia saat ini. Darah yang mengalir di dalam pembuluh darah terutama arteri membutuhkan tekanan tertentu untuk menjamin aliran darah tetap lancar.
Tekanan darah manusia ditentukan oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu kekuatan kontraksi jantung, frekuensi denyut jantung, tahanan di dinding pembuluh darah, kekentalan darah, dan sebagainya.
Baca Juga: 3 Tanda-Tanda Utama Kolesterol Naik dan Cara Mencegah Penyakit Kolesterol Tinggi Melansir dari situs Universitas Diponegoro (Undip), tekanan darah menentukan tinggi rendahnya tahanan dinding pembuluh darah bertujuan supaya darah tetap mengalir dari pusat pompa darah (jantung) ke seluruh pembuluh arteri tubuh. Tekanan darah ditulis sebagai dua angka yaitu sistolik dan diastolik. Angka pertama atau sistolik, mewakili tekanan dalam pembuluh darah saat jantung berkontraksi atau berdenyut. Sedangkan angka yang kedua atau diastolik menunjukkan tekanan di pembuluh darah saat jantung beristirahat di antara detak. Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) Undip, dr. Pipin Ardhianto, menjelaskan jika tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah melebihi angka 140/90 mmHg.
Hipertensi sebabkan stroke dan masalah kesehatan lain
Dokter Pipin memaparkan, hipertensi kronik dan tidak terkontrol meningkatkan risiko gangguan fungsi organ vital tubuh terutama fungsi otak, mata, ginjal dan jantung. Riset kesehatan dasar menunjukkan bahwa penyakit hipertensi merupakan faktor pemicu risiko penyakit stroke dan jantung paling banyak. Pasien dengan hipertensi tidak menunjukkan gejala hingga adanya gangguan fungsi salah satu organ di dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan jutaan orang tidak menyadari sudah terkena hipertensi. Kebanyakan pasien baru mengetahui memiliki hipertensi pada saat stroke, gangguan penglihatan, gangguan fungsi ginjal dan gangguan fungsi jantung terjadi. Jika dilihat dari sisi pencegahan suatu penyakit maka sebenarnya kasus penyakit akibat hipertensi ini sudah ‘terlambat’.
Baca Juga: Cegah Stunting Anak dan Contoh Menu MPASI sesuai Usia Anak Dokter Pipin menjelaskan pengaruh faktor risiko hipertensi yang dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor yang bisa diubah dan faktor risiko yang tidak bisa diubah. “Faktor risiko yang tidak dapat diubah diantaranya adalah jenis kelamin, umur, dan faktor keturunan, sedangkan faktor risiko yang dapat diubah diantaranya adalah merokok, obesitas, tidak beraktivitas fisik rutin, konsumsi natrium berlebih, konsumsi kalium rendah, alkohol” terangnya.
Penyebab dan cara mencegah hipertensi
Penelitian pada masyarakat di Indonesia menemukan bahwa tingginya asupan garam (natrium) merupakan penyebab terbanyak penyakit hipertensi. Kandungan zat ini terdapat di hampir semua jenis masakan dan makanan populer di Indonesia. Bahan makanan yang banyak mengandung natrium diantaranya:
- Penggunaan penyedap rasa yang berlebihan
- Makanan cepat saji
- Sereal cepat saji
- Minuman kemasan rasa buah
- Jus kemasan
- Bumbu masak instan
- Produk susu terutama keju dan butter
- Makanan laut kalengan seperti kepiting, udang, cumi, kerang, ikan laut kalengan. Sedangkan ikan laut segar tidak memiliki kadar natrium tinggi
- Mie instan dan sebagainya.
Untuk mempermudah mengetahui makanan yang mengandung natrium tinggi patokannya adalah, makanan kemasan dan/atau instan hampir pasti memiliki kadar natrium tinggi. Menghindari konsumsi makanan tersebut mampu mencegah hipertensi dan khususnya bagi pasien hipertensi, cara ini merupakan terapi utama, selain obat obatan tentunya. Dokter Pipin menyarankan agar masyarakat rutin melakukan aktivitas fisik atau olahraga. Olahraga aerobik sederhana seperti jalan,
jogging, bersepeda, lari, berenang, jika dilakukan secara rutin terbukti bisa mencegah dan mengendalikan hipertensi.
Baca Juga: Selain Happy Birthday, Ini Daftar Ucapan Selamat Ulang Tahun dalam Bahasa Inggris Dianjurkan untuk berolahraga minimal 3 kali dalam seminggu, minimal 30 menit setiap kali berolahraga. “Jika tidak sempat, kegiatan fisik lain seperti memotong rumput, membersihkan selokan, mencuci mobil atau kegiatan lain yang berkeringat dapat juga dilakukan. Namun, ada beberapa jenis olah raga yang perlu dihindari pada pasien dengan hipertensi seperti, menyelam, angkat besi, lari
sprint cepat” sarannya.
Dia menambahkan, pasien hipertensi yang sudah mendapatkan diagnosis dari dokter sebaiknya mengikuti anjuran untuk kontrol rutin, mengonsumsi obat yang diberikan, dan yang utama adalah mengupayakan untuk mengubah pola hidup agar lebih sehat. Penderita hipertensi tidak perlu khawatir untuk rutin mengonsumsi obat tekanan darah tinggi secara rutin karena takut merusak ginjal. Obat hipertensi justru bertujuan untuk melindungi organ dalam vital seperti ginjal. “Bahkan sebaliknya penggunaan lama obat hipertensi pada pasien hipertensi akan menjaga lebih lama fungsi ginjal dibandingkan apabila hipertensi tidak diobati” jelas dr Pipin. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News