Penyebaran Kasus Covid-19 Jadi Faktor Penentu Kinerja Reksadana di Februari



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bulan Januari 2022 bukan jadi periode yang positif untuk kinerja reksadana. Berdasarkan data dari Infovesta Utama, hanya reksadana pasar uang yang mencatatkan kinerja cukup apik dalam sebulan terakhir. Hal ini tercermin dari kinerja Infovesta 90 Money Market Fund Index yang tumbuh 0,24%.

Sementara, reksadana pendapatan tetap yang kinerjanya terukur dari Infovesta 90 Fixed Income Fund Index relatif flat dengan tumbuh tipis 0,01%. Sedangkan, kinerja reksadana berbasis saham, malah mengalami perlambatan.

Kinerja reksadana campuran yang tercermin dari Infovesta 90 Balanced Fund Index mengalami penurunan 0,56%. Sementara reksadana saham yang kinerjanya diukur menggunakan Infovesta 90 Equity Fund Index juga terkoreksi 1,52%.


Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi mengatakan, sentimen negatif yang menghambat kinerja reksadana pada Januari adalah pertemuan The Fed yang akhirnya mengumumkan kebijakan kenaikan suku bunga acuan.

“Hal ini membuat investor melakukan net sell dan berpindah ke safe haven terlebih dahulu. Pada akhirnya investor pun melepas saham-saham bluechip seperti BBRI dan BBCA yang masing-masing tercatat net sell Rp 194,7 miliar dan Rp 144,6 miliar,” kata Reza ketika dihubungi Kontan.co.id.

Baca Juga: Kinerja Instrumen Investasi di Januari 2022 Melambat, Tapi Pasar Saham Paling Unggul

Sementara di pasar obligasi, imbal hasil SBN sepanjang Januari juga berada dalam tren penurunan. Reza menyebut hal ini imbas dari investor asing yang lebih memilih obligasi Amerika Serikat (AS) dan semakin membuat SBN kurang menarik. 

Kendati begitu, memasuki Februari, Reza cukup optimistis kondisi pasar akan membaik, baik di obligasi maupun saham sehingga diekspektasikan bisa mendorong kinerja reksadana. Di pasar obligasi, ia melihat yield obligasi AS yang mulai turun seharusnya bisa membuat yield SBN menguat dan menjadikannya lebih menarik.

Sementara di pasar saham, menurutnya harga komoditas khususnya batubara yang kembali naik seharusnya bisa jadi katalis positif. Terlebih lagi, beberapa emiten sudah merilis laporan keuangan tahun 2021 yang solid diharapkan bisa jadi tambahan katalis. Hal ini diharapkan juga akan mendorong investor asing terus melakukan net buy di pasar saham.

“Namun, yang perlu diwaspadai pada Februari adalah naiknya kasus Covid-19 di dalam negeri yang membuat pelaku pelaku pasar lebih banyak untuk wait and see terlebih dahulu. Selain itu, sentimen The Fed menaikkan suku bunga juga masih membayangi,” imbuhnya.

Oleh karena itu, salah satu faktor penting untuk memastikan kinerja saham dan obligasi bisa baik di Februari adalah penanganan dari pemerintah terhadap kasus omicron yang tengah menyebar. Jika bisa dikendalikan dan tidak mengganggu aktivitas ekonomi, ia mengekspektasikan kinerja reksadana akan membaik di Februari.

Baca Juga: Kinerja Reksadana Lesu Sepanjang Januari, Ini Penyebabnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat