JAKARTA. Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda) menjerit akibat kemacetan yang terjadi di penyebrangan Merak-Bakaheuni. Akibat kemacetan tersebut, sopir truk yang ingin melintas menuju pulau Sumatera harus menunggu hingga tiga hari. Akibat kemacetan itu, kerugian tidak hanya menimpa pengusaha truk, tetapi juga sopir truk yang kehilangan waktu kerjanya. "Biaya sopir per hari Rp100.000, kalau saat antrean 3 hari maka Rp 300.000, dan ini belum termasuk kerugian dari barang yang hilang, rusak dan busuk," ungkap Andriansyah, Sekretaris Organda di Jakarta, Rabu (30/5). Menurut pengamatan Organda, kurang tersedianya infrastruktur pelabuhan seperti kapal roro menjadi penyebab antrean panjang di pelabuhan Merak tersebut. Seharusnya, ada 30 unit kapal roro yang beroperasi setiap harinya. Namun kenyataannya, jumlah kapal roro itu kurang dari 30 unit. “Kebutuhan ini sudah kami sampaikan ke pemerintah," katanya.
Penyeberangan Merak macet, pengusaha merugi
JAKARTA. Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda) menjerit akibat kemacetan yang terjadi di penyebrangan Merak-Bakaheuni. Akibat kemacetan tersebut, sopir truk yang ingin melintas menuju pulau Sumatera harus menunggu hingga tiga hari. Akibat kemacetan itu, kerugian tidak hanya menimpa pengusaha truk, tetapi juga sopir truk yang kehilangan waktu kerjanya. "Biaya sopir per hari Rp100.000, kalau saat antrean 3 hari maka Rp 300.000, dan ini belum termasuk kerugian dari barang yang hilang, rusak dan busuk," ungkap Andriansyah, Sekretaris Organda di Jakarta, Rabu (30/5). Menurut pengamatan Organda, kurang tersedianya infrastruktur pelabuhan seperti kapal roro menjadi penyebab antrean panjang di pelabuhan Merak tersebut. Seharusnya, ada 30 unit kapal roro yang beroperasi setiap harinya. Namun kenyataannya, jumlah kapal roro itu kurang dari 30 unit. “Kebutuhan ini sudah kami sampaikan ke pemerintah," katanya.