Penyelesaian akuisisi Domba Mas molor lagi



JAKARTA. Rencana PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP) mengakusisi aset PT Domba Mas ternyata tak berjalan mulus. Perjanjian penyelesaian kredit Domba Mas dengan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), yang seharusnya kelar pada 30 September 2010 ini, molor. "Memang ada keterlambatan sehingga melewati tenggat September. Diharapkan penyelesaian kredit ini selesai awal Oktober," jelas Direktur BMRI Thomas Arifin, kemarin (29/9).

Thomas menegaskan, untuk sementara, pihaknya masih akan memberikan kesempatan kepada UNSP untuk segera menuntaskan akuisisi ini. Namun, jika sampai tenggat Oktober berakhir masalah ini belum juga selesai, maka BMRI bisa saja mencari investor lain guna mengambil alih aset Dombas Mas.

Saat ini perusahaan yang berdomisili di Sumatra Utara itu memiliki kredit macet berupa pokok dan bunga sebesar Rp 2 triliun. Untuk menyelesaikan utang tersebut, BMRI berniat melelang seluruh aset Domba Mas. Di sini, UNSP masuk sebagai calon investor.


Sebagai bukti keseriusannya, UNSP telah menandatangani perjanjian jual beli alias sales and purchase agreement (SPA) untuk mengambil alih enam perusahaan oleokimia milik Group Domba Mas. Bahkan, UNSP sudah memasukkan PT Domas Agrointi Perkasa, PT Domas Sawitinti Perdana, PT Sarana Industama Perkasa, dan PT Flora Sawita Chemindo dalam daftar aset perusahaannya per Juni 2010.

Keempat perusahaan tadi memiliki total aset Rp 1,65 triliun. Sehingga, pada semester I-2010, aset UNSP menggelembung menjadi Rp 15,53 triliun. Jumlah itu bertambah Rp 10,5 triliun dibandingkan posisi asetnya per Juni 2009 sebesar Rp 5 triliun. Kepada KONTAN, Direktur Keuangan UNSP Harry Nadir pernah mengatakan, nilai akuisisi aset oleokimia Domba Mas itu mencapai Rp 2 triliun.

Masalah muncul ketika BMRI meminta agar akuisisi terhadap aset Domba Mas tidak hanya yang berkaitan dengan bisnis oleokimia, seperti yang dikehendaki UNSP. Mandiri juga menginginkan UNSP membeli aset lain, berupa bisnis kacamata dan properti.

UNSP punya waktu cari dana

Sumber KONTAN di BMRI menuturkan, selama ini UNSP hanya menginginkan aset oleokimia. Sedangkan BMRI ingin semua aset Domba Mas ikut dibeli, termasuk pabrik kacamata dan beberapa properti, seperti Hotel Parkline, Hotel Tiara, dan Gedung Starco.

Rupanya, kata si sumber, proses negosiasi UNSP dengan Domba Mas juga tidak berjalan mulus. "Akibatnya proses akuisisi yang harusnya selesai September tidak tercapai," tuturnya.

Namun, keterangan berbeda disampaikan sumber KONTAN di UNSP. Menurut si pejabat UNSP ini, kemarin sejatinya UNSP sudah siap menandatangi penjanjian jual beli dengan BMRI. Tapi entah kenapa, manajemen bank pelat merah ini menunda hingga awal Oktober. "Tanyakan, dong, sama pihak Mandiri, kenapa nggak segera ditandatangani saja. Kami sudah siap kok, kemarin (29/9) seharusnya sudah selesai," ujar si pejabat yang enggan disebut namanya ini.

Adapun Ambono Janurianto, Presiden Direktur UNSP, tidak menjawab pesan pendek dari KONTAN. Kontak ke selulernya juga mati.

Analis e-Trading Securities Ishfan Helmy menilai, penundaan transaksi aset Domba Mas cukup menguntungkan UNSP. Pasalnya, emiten milik Grup Bakrie ini bisa mencari dana untuk menambal kekurangan pembayaran. "Kemungkinan akuisisi Domba Mas gagal sangat kecil," katanya.

Ishfan juga menyarankan agar investor tidak menyentuh saham UNSP sebelum transaksi akuisisi Domba Mas ini selesai. Kemarin, harga saham UNSP turun 1,43% ke level Rp 345 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie