KONTAN.CO.ID - Kepala keuangan pemilik brand cognac Hennessy, LVMH, telah mengindikasikan bahwa penyelidikan anti-dumping China baru-baru ini terhadap industri cognac Eropa merupakan reaksi atas tarif Uni Eropa untuk kendaraan listrik China. Melansir
Reuters, pernyataan itu disampaikan dalam panel konferensi ekonomi di Aix-en-Provence, Prancis. Pada Jumat (5/7), China mengumumkan sidang dengar pendapat mengenai impor brend Eropa, yang meningkatkan ketegangan pada hari yang sama ketika tarif sementara Komisi Eropa untuk kendaraan listrik buatan China diberlakukan.
Chief Financial Officer LVMH Jean-Jacques Guiony menyatakan, keprihatinannya tentang dampak konflik perdagangan global terhadap bisnis yang tidak terkait dengan perselisihan tersebut.
Baca Juga: Komisi Eropa Mulai Kenakan Bea Masuk Kendaraan China "Anda dapat menjadi pemain regional dengan peran yang sangat khusus dalam globalisasi, seperti dalam kasus kami. Bagaimanapun juga, kalian akan tersandera oleh sejumlah konflik yang tidak ada hubungannya dengan aktivitas kalian," kata Jean-Jacques Guiony dalam panel konferensi ekonomi di Prancis. "Setiap kali ada peluru nyasar dalam konflik perdagangan di suatu tempat ada kemungkinan besar kami harus bernegosiasi, harus menjelaskan bahwa kami tidak melakukan dumping, bahwa harga cognac sudah tepat," lanjut Guiony. Merek-merek LVMH memproduksi produk dari kulit, pakaian, minuman keras, dan sampanye sebagian besar di Prancis dan Italia. Mereka kebanyakan mengekspor ke seluruh dunia. Adapun industri cognac, dengan Hennessy sebagai pemain kunci, menjadi sangat penting bagi China. Sebab, cognac Prancis menyumbang sebagian besar impor brendi China.
Baca Juga: Ini Alasan Pemerintah Jerman Blokir Rencana Penjualan Anak Usaha VW ke Tiongkok Sementara itu, Hennessy dan produsen cognac Eropa lainnya dijadwalkan menghadiri sidang dengar pendapat mengenai penyelidikan anti-dumping China terhadap industri di Beijing, China pada 18 Juli 2024. Penyelidikan tersebut dilaksanakan pada Januari 2024, setelah adanya keluhan dari Asosiasi Minuman Beralkohol China, yang mewakili industri brendi domestik. Guiony juga menyinggung lebih luas dari perang dagang, yakni akan berdampak negatif terhadap ekonomi dan politik. Dia menekankan perlunya Eropa untuk bersatu, karena dia percaya bahwa China menganggap wilayah tersebut lebih lemah dibandingkan dengan Amerika Serikat. Guiony juga menekankan pentingnya Eropa untuk tidak menjadi orang sakit dalam globalisasi. Di sisi lain, Asosiasi Produsen Mobil China atau The China Association of Automobile Manufacturers (CAAM) merasa sangat tidak puas dengan tarif anti-subsidi yang diusulkan oleh Uni Eropa. Adapun pernyataan itu disampaikan pada Sabtu (6/7).
Baca Juga: Pemerintah Uni Eropa Ragu-Ragu Atas Tarif Mobil Listrik China, Ini Alasannya CAAM mengatakan bahwa para produsen telah bekerja sama dengan investigasi Komisi Eropa terhadap subsidi China. Namun, penyelidikan tersebut telah mengabaikan fakta-fakta dan hasil yang telah dilakukan sebelumnya.
Adapun Uni Eropa memberlakukan tarif hingga 37,6% untuk impor kendaraan listrik buatan China mulai Jumat, dengan jangka waktu empat bulan. Disebutkan tarif tersebut bersifat sementara dan diharapkan akan ada pembicaraan intensif antara kedua belah pihak. "CAAM sangat menyesalkan hal itu dan menyatakan bahwa hal tersebut tidak dapat diterima," kata CAAM. Bea masuk sementara antara 17,4% dan 37,6% tanpa penangguhan dirancang untuk mencegah apa yang dikatakan oleh Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen sebagai ancaman membanjirnya kendaraan listrik China yang murah yang dibangun dengan subsidi negara. Tercatat, penyelidikan anti-subsidi Uni Eropa telah berjalan hampir empat bulan.
Editor: Yudho Winarto