KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyiapkan strategi untuk mendorong penyerapan bijih bauksit di dalam negeri. Pemerintah akan mengoptimalkan kapasitas produksi 4 smelter bauksit yang sudah beroperasi dan mempercepat pembangunan 8 smelter. Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, untuk bauksit direncanakan akan ada 12 smelter dan yang sudah selesai ada 4 pabrik. Namun, 4 smelter tersebut operasinya di bawah kapasitas (under capacity) jadi tidak beroperasi penuh. “Kita itu produksinya 25 juta ton, itu 90% bijihnya diekspor yang 4 smelter ini kapasitasnya baru separohnya (50%),” kata saat ditemui di Kementerian ESDM, Jumat (23/12).
Baca Juga: Begini Kesiapan Antam (ANTM) Hadapi Larangan Ekspor Bauksit Strategi yang dilakukan agar penyerapan bijih bauksit bisa lebih maksimal ialah dengan memacu 4 smelter untuk memenuhi kapasitas terpasangnya. Arifin menjelaskan, jika 4 smelter ini sudah memenuhi kapasitas produksinya, penyerapan bijih bauksit ke dalam negeri bisa bertambah 20% lagi. Kemudian untuk 8 smelter sisanya, Arifin mengungkapkan akan dipercepat dan diselesaikan dalam waktu yang sudah ditentukan. Adapun target penyelesaian ke 8 smelter tersebut sesuai dengan batas waktu di Juni 2023. Lantas, jika 8 smelter sudah rampung, maka Indonesia akan mengoperasikan 12 smelter bauksit di mana total kebutuhannya akan naik menjadi 40 juta ton bijih bauksit pertahun. Artinya akan ada kenaikan kebutuhan bijih bauksit yang sangat signifikan di tahun depan. “Dengan produksi bertambah, life time (smelter) akan disesuaikan. Jadi itulah yang memang sekarang harus jadi program yang diselesaikan,” terangnya. Melansir Rencana Pengelolaan Mineral dan Batubara Nasional Tahun 2022-2027, total sumber daya bijih bauksit Indonesia sebanyak 6,63 miliar ton bijihh dan 1,1 miliar ton logam dengan cadangan 3,2 miliar ton bijihh dan 520 juta ton logam. Arifin tidak menampik bahwa ke depannya kebutuhan bauksit akan terus meningkat sejalan dengan tren transisi energi. Dia bilang, banyak energi bersih yang akan dibangun dan membutuhkan infrastruktur. “Infrasturktur itu butuh material, bahan-bahan mineral. Salah satunya kabel yang membutuhkan tembaga, selain itu ada alumina untuk produk isolatornya. Ini akan mendorong ekonomi,” ujarnya.
Lewat didorongnya hilirisasi melalui upaya pelarangan ekspor bahan mentah ini, Arifin berharap, dapat mengantisipasi kenaikan permintaan produk-produk bernilai tambah sehingga Indonesia tidak lagi membeli barang jadi. “Kalau beli barang jadi wah kita nombok kan? Tapi kalau bukanya di sini, silahkan kita makanya menawarkan, siapa investor mau masuk untuk bikin silahkan, tapi bikinlah barangnya yang juga membeirkan nilai tambah,” terangnya.
Baca Juga: Begini Kesiapan Antam (ANTM) Hadapi Larangan Ekspor Bauksit Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat