Penyerapan capex masih rendah, ini penjelasan Jasa Marga (JSMR)



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) menyerap belanja modal atawa capital expenditure (capex) sebesar Rp 2 triliun sepanjang semester I-2021.

Corporate Finance Group Head Jasa Marga, Eka Setya Adrianto menuturkan, pada tahun ini perusahaan menargetkan capex sebesar Rp 7 triliun. Dana tersebut akan digunakan untuk pengembangan lini jalan tol.

"Sampai dengan semester I-2021 baru terserap Rp 2 triliun," ujarnya dalam paparan publik virtual, Rabu (8/9).


Rendahnya serapan capex pada paruh pertama tahun ini disebabkan penerapan PPKM yang membuat progres di lapangan menjadi lebih lambat dari proyeksi perusahaan.

Baca Juga: Jasa Marga (JSMR) kian optimis dengan pemulihan trafik jalan tol

Sampai akhir tahun sendiri, JSMR berencana menyelesaikan dua ruas tolnya yakni Manado-Bitung untuk seksi Danowudu - Bitung dan Cinere-Serpong untuk seksi Cinere-Pamulang. Selain mengejar kedua ruas yang akan diselesaikan tahun ini, Jasa Marga juga terus melanjutkan pengerjaan pada proyek Jakarta Cikampek II bagian Selatan (Japek II Selatan).

Heru menjelaskan, perusahaan saat ini fokus pengerjaan mulai sisi Timur terlebih dahulu atau seksi 3. "Progress konstruksi 51%, tanah 87%, dan kami berharap akhir tahun 2022 seksi 3 akan selesai lebih awal, sisanya akan berlanjut untuk seksi 2 dan 1," jelasnya.

Sementara itu, untuk Tol Bawen-Jogja dan Probolinggo-Banyuwangi sampai saat ini masih dalam proses pembebasan lahan. JSMR mencatat, per 27 Agustus 2021 pembebasan lahan Tol Bawen-Jogja baru 0,97%. Kemudian, untuk Probolinggo-Banyuwangi 24,88%. Kedua ruas tol itu belum ada kegiatan konstruksi.

Dengan progres yang ada tersebut, Adri memproyeksikan sampai akhir tahun serapan capex sekitar Rp 5 triliun. "Namun, apabila bisa lebih cepat serapan capex bisa sampai Rp 7 triliun," tutupnya.

Baca Juga: Jasa Marga (JSMR) kebut penyelesaian dua ruas jalan tol hingga akhir tahun 2021

Selain itu, Jasa Marga juga tengah menunggu momentum untuk divestasi proyek jalan tolnya untuk meningkatkan profit. Eka menjelaskan divestasi proyek jalan tol merupakan wacana perusahaan untuk menyeimbangkan neraca keuangan.

Sebab, selama ini ia menyebutkan pembangunan jalan tol menggunakan utang, padahal idealnya 70:30.

"Satu sisi, menggunakan utang itu lebih murah secara cost of capital dibanding menggunakan ekuitas. Jadi, pilihan divestasi tergantung momentum," ujarnya.

Kendati begitu, Adri menegaskan pihaknya tindak ingin terburu-buru dalam divestasi tersebut. Sebabnya, selain bertujuan menyeimbangkan neraca keuangan, perusahaan juga menargetkan profitabilitas yang terbaik.

Selanjutnya: Bisnis penyedia layanan internet BUMN akan digabung, ini manfaatnya menurut Telkom

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli