Penyerapan di lokal rendah, produsen pupuk minta keran ekspor dibuka tiap bulan



JAKARTA. Rendahnya penyerapan pupuk dari kapasitas produksi terpasang yang ada membuat produsen pupuk kembali berteriak untuk minta jatah ekspor. Sebelumnya, produsen pupuk baru mendapatkan ijin ekspor pada akhir tahun dengan kuota tertentu. Pada tahun ini produsen pupuk mengusulkan adanya ijin ekspor sebesar 50.000 ton perbulan."Untuk tahun ini serapannya kemungkinan lebih banyak dari tahun lalu. Tetapi kapasitas produksinya jauh lebih besar dari serapan. Kita sedang negoisasi dengan Kementrian Perdagangan supaya ekspor," ujar Direktur Utama PT Petrokimia Gresik, Hidayat Nyakman kepada KONTAN, Selasa (11/1).Meski ekspor diberikan tiap bulan, hal itu tak akan menganggu ketersediaan pupuk dalam negeri karena stoknya sudah mencukupi. Ia mencontohkan untuk pupuk NPK, produksi NPK mencapai 1,9 juta ton. Sedangkan perkiraan realisasi pada tahun ini sebesar 1,7 juta ton. Tahun lalu, serapan NPK hanya mencapai 1,3 juta ton. Begitu juga dengan urea, yang serapannya hanya sekitar 60% hingga 70% dari produksi.Hidayat menjelaskan, jika ekspor diberikan tiap bulan, maka tak ada lagi keterlambatan ekspor. Selama ini, Kementrian Perdagangan selalu memberikan ijin ekspor pada akhir tahun dengan jumlah yang lumayan. Dampaknya, banyak produsen pupuk yang terlambat merealisasikan ekspor. Pasalnya, harga sudah jatuh. Sedangkan stok pupuk berlimpah."Petrokimia masih ada sekitar sisa ekspor 8.000 ton dari tahun lalu. Tapi ini sudah selesai lelangnya tinggal di kirim. Ekspornya ke Malaysia dan Vietnam," jelas Hidayat. Pada Oktober tahun lalu, Kementrian Perdagangan memberikan izin ekspor sebanyak 492.061 ton. Pupuk Kalimantan Timur mendapatkan jatah ekspor paling besar mencapai 265.000 ton. Kemudian, Pusri mendapatkan kuota ekspor sebesar 152.061 ton. Dan masing-masing untuk Petrokimia Gresik dan Pupuk Kujang sebesar 40.000 ton dan 35.000 ton.Sementara itu, tak menambah kapasitas produksi membuat produksi pupuk urea di dalam negeri pada tahun ini naik tipis ketimbang tahun lalu. Direktur Utama PT Pupuk Srwidijaya, Arifin Tasrif memproyeksikan produksi pupuk mampu mencapai 7,137 juta ton. Jumlah ini, naik sekitar 6% dari angka tahun lalu. Tahun lalu, realisasi produksi pupuk urea sebesar 6,6 juta ton. Sedangkan kapasitas produksi pupuk Urea mampu mencapai 8 juta ton. "Produksi naik, tapi kita proyeksikan kebutuhan pupuk urea tahun ini sebesar 5,1 juta ton sehingga pupuk aman tidak akan ada kelangkaan. Bahkan cenderung berlebih," ujar Arifin Tasrif.Untuk NPK, tahun ini produksinya ditargetkan sebesar 2,4 juta ton. Pasokan paling besar untuk NPK berasal dari Petrokimia yakni sebesar 1,9 juta ton. "Petrokimia ureanya tidak besar hanya sekitar 450.000 ton. Tapi serapannya kita perkirakan hanya sekitar 250.000 ton. Jadi masih harus ekspor," papar Hidayat. Sedangkan produksi pupuk SP diproyeksikan mencapai 580.000 ton dan pupuk ZA 750.000 ton pada tahun 2011.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini