Penyerapan kredit perbankan bisa rendah



JAKARTA. Kondisi ekonomi yang masih labil turut menekan daya serap sektor riil terhadap pembiayaan perbankan. Indikasinya, nilai kredit yang belum ditarik oleh nasabah (undisbursed loan) terus meningkat di tahun ini.
Bank Indonesia  (BI) mencatat, undisbursed loan per Juni 2013 mencapai Rp 862,14 triliun atau naik 15,29% dibandingkan posisi Juni 2012 senilai Rp 747,79 triliun. Kelompok bank dengan pertumbuhan undisbursed loan tertinggi adalah Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Non Devisa, yakni Rp 5,27 triliun, naik 56,93% year-on-year (yoy). Mengekor BUSN Devisa, dengan nilai kredit belum dicairkan Rp 386,82 triliun, naik 28,23% (yoy). Adapun kredit yang belum dicairkan kelompok bank asing mencapai Rp 160,88 triliun atau naik 21,21% (yoy).
Bankir menilai, yang belum dicairkan adalah kredit investasi dan modal kerja bertenor panjang yang pencairannya mengacu kebutuhan proyek. Direktur Business Banking Bank BNI, Krishna R Suprapto, menjelaskan porsi kredit yang dicairkan masih rendah, yakni 18% dari portofolio kredit business banking BNI yang mencapai Rp 164,10 triliun per Juni 2013. "Sektor yang pencairan kreditnya rendah adalah  infrastruktur, seperti jalan tol," kata dia, kepada KONTAN, Senin (2/9). 
Tertundanya pencairan kredit karena masalah seperti pembebasan lahan. "Permintaan kredit masih on track dengan target pertumbuhan kredit 18%," ujar dia.
Bank Central Asia (BCA) juga mencatat sektor infrastruktur, seperti jalan tol dan hotel paling lambat menyerap kredit. Pencairan kredit di sektor ini setiap empat bulan dengan nilai besar. Di tahap awal, debitur hanya boleh menarik pinjaman 45% dari nilai kredit. Sayang, BCA enggan membeberkan porsi undisbursed loan.
Dahlia Mansor Aryotedjo, Direktur Korporasi BCA, mengakui pelambatan ekonomi akan berdampak pada penurunan pencairan kredit karena kebutuhan menurun. Contohnya, saat pertumbuhan ekonomi bagus, pencairan kredit bisa Rp 10 miliar per bulan. Namun jika ekonomi menurun, hanya Rp 3 miliar sampai Rp 4 miliar per bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: A.Herry Prasetyo