KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah mencatatkan penawaran masuk sebesar Rp 32,54 triliun pada lelang Surat Utang Negara (SUN) hari ini, Selasa (8/8). Penawaran masuk ini naik tipis jika dibandingkan Rp 30,99 triliun pada lelang SUN dua pekan lalu. Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, hasil lelang kali ini terbilang rendah. Pemerintah hanya memenangkan Rp 9,85 triliun dari total penawaran. Meskipun begitu, ada sisi positifnya dengan nominal yang dimenangkan lebih rendah. "Ini memperlihatkan kondisi fiskal lagi banyak dana yang disimpan sehingga kebutuhannya kecil," kata Fikri kepada Kontan.co.id, Selasa (8/8).
Adapun seri yang banyak diburu investor adalah FR0096 dan FR0098 yang memiliki tenor jangka panjang. Fikri mencermati, hal itu didorong dari tenor dan likuiditas yang paling banyak sehingga menjadi
concern pasar. "Kedua
yield yang tinggi memberikan keuntungan yang lebih dengan ekspektasi suku bunga acuan the Fed dan
cost of fund turun," sambungnya. Fikri melihat
yield FR0096 mengalami kenaikan 4 basis poin (bps).
Baca Juga: Penawaran yang Masuk di Lelang SUN, Selasa (8/8), Meningkat, Ini Faktornya Di sisi lain, kenaikan
yield tersebut dinilainya menjadi hal yang kurang baik di saat ekonomi di semua negara menjadi perhatian. Terlebih dengan turunnya rating dari Amerika Serikat (AS). "Hal ini bisa memberikan tekanan untuk pemerintah dalam membayar kembali dengan asumsi pertumbuhan ekonomi stagnan," kata Fikri. Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi melanjutkan,
yield SUN bergerak variatif pada kisaran 1-3 bps di sepanjang kurva.
Yield SUN tenor 10 tahun turun tipis 1 bps ke level 6,22%.
Yield di pasar surat utang Indonesia diperkirakan masih akan melanjutkan tren pergerakan yang
sideways pada perdagangan. "Kenaikan
yield yang terjadi di AS dan Eropa pada perdagangan dapat memberikan tekanan bagi pasar surat utang domestik," kata Reza.
Baca Juga: Pemerintah Hanya Menangkan Rp 9,85 Triliun Pada Lelang SUN Selasa (8/8) Namun, potensi kenaikan
yield di pasar surat utang Indonesia akan dibatasi oleh semakin meredanya tekanan inflasi domestik. Inflasi Indonesia tercatat sebesar 3,08% YoY di bulan Juli, turun dari bulan sebelumnya yang mencapai 3,52% YoY, serta lebih rendah dari ekspektasi konsensus yang sebesar 3,10% YoY. Menurut Reza, di tengah masih variatifnya sentimen, pelaku pasar diperkirakan juga belum akan terlalu agresif di pasar surat utang domestik. Ini juga tercermin dari terbatasnya partisipasi investor dalam lelang sukuk negara. "Sehingga prospek SUN ke depan masih akan terbatas, the Fed masih ingin meningkatkan Fed rate 25-50 bps," imbuh dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati