Penyerapan Tenaga Kerja Tinggi, LPEI Dorong Perajin Batik Lakukan Eskpor



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)  mencermati industri batik sebagai penyerap tenaga kerja yang tinggi di Indonesia menjadi sangat potensial untuk terus dikembangkan. Tercatat 47 unit usaha batik dari 101 sentra wilayah Indonesia mampu menyerap hingga 200.000 tenaga kerja.

Oleh sebab itu, LPEI memperluas kerja sama dalam pengembangan industri batik yang berorientasi ekspor. Bersama dengan Dekranasda Surakarta, Direktorat Jenderal Bea & Cukai (DJBC), Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jawa Tengah II Kementerian Keuangan RI, dan pelaku Usaha Ekspor Batik wilayah Solo dan sekitarnya, LPEI menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Industri Fashion Batik Menuju Pasar Dunia”.

FGD ini diselenggarakan di Rumah Ekspor Solo yang merupakan program inisiatif LPEI dalam menjalin kerja sama dengan sejumlah lembaga di daerah Solo.


“FGD ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi UKM menjadi mahir ekspor khususnya di Provinsi Jawa Tengah, mengorkestrasi seluruh pemangku kepentingan dalam ekosistem ekspor batik, serta meningkatkan kualitas SDM yang berdaya saing tinggi,” ujar Corporate Secretary LPEI, Chesna F. Anwar dalam keterangan tertulis pada Selasa (15/3).

Baca Juga: Pendanaan Dari Bank untuk Multifinance Mulai Mengalir

Sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan RI dalam meningkatkan ekspor nasional, LPEI memiliki program Rumah Ekspor yang diharapkan dapat menjadi pusat pertemuan seluruh pihak dalam ekosistem ekspor di suatu wilayah termasuk industrinya.

UNESCO bahkan telah menobatkan Batik Indonesia sebagai salah satu warisan budaya di bidang Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity. BFGD yang melibatkan seluruh pelaku UKM Batik di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya ini berisikan sejumlah materi seperti potensi ekspor fesyen batik, pengalaman ekspor batik, perkembangan fesyen batik di dunia serta sharing session pelaku UKM Ekspor batik di wilayah Jawa Tengah.

Peserta yang terdiri dari UKM, Alumni Coaching Program for New Exporter (CPNE), dan asosiasi tampak cukup antusias mengikuti FGD sampai berakhir. Ketua Dekranasda Surakarta yang diwakili oleh Kabag Perekonomian Kota Solo, Yanti juga mengapresiasi dan menyambut baik inisiatif pertemuan ini.

“Kami sangat mendukung industri Batik yang ada di Kota Solo dengan adanya karnaval dan kampong batik. Kami juga mengapresiasi kegiatan ini yang merupakan wujud nyata pengembangan ekspor nasional khususnya industri batik serta menginspirasi UKM di tengah kondisi perekonomian saat ini. Sinergi dan kolaborasi seperti ini tentu sangat dibutuhkan untuk membawa industri batik melompat bersama menuju kancah internasional,” pungkas Yanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi