Profesi penyelaras nada alat musik piano masih jarang di Indonesia. Untuk melakoni pekerjaan ini, tidak hanya kepekaan terhadap nada modalnya, tapi juga kesabaran dan jam terbang tinggi. Penyetem piano biasanya memasang tarif minimal Rp 250.000 sekali menyetem, tergantung jenis piano.Musik yang indah bisa menjadi penyejuk hati yang gundah. Namun, bagaimana jika nada yang dihasilkan alat musik sudah tidak pas lagi? Inilah tugas penyelaras nada atau penyetem alat musik untuk memperbaiki. Abdul Madjid Gangga, contohnya. Penyetem piano asal Depok, Jawa Barat ini menjelaskan, tugas utama penyetem piano adalah menyelaraskan nada dengan menyetel panjang pendeknya senar, agar setiap tuts piano dapat berdenting pas.Untuk bisa melakukan itu, mutlak perlu pengetahuan tentang nada atau minimal bisa memainkan alat musik untuk merasakan feel-nya. "Seorang penyetem piano wajib bisa memainkan piano," kata AbdulMakanya, butuh pengetahuan tambahan soal kuat lemahnya nada, kepekaan pendengaran, dan kesabaran. Agar suara piano bagus, perlu juga keselarasan nada yang mengacu standar kecepatan getaran suara 440 Hz. "Itu idealnya, tapi jarang yang bisa mencapai itu, paling tidak mendekati," ujarnya.Berbekal ilmu musik yang ia pelajari sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD) pada 1974 silam dan les piano di Yayasan Musik Indonesia (Yasmi), Abdul memulai profesinya sebagai penyetem piano di 1992. Ia bekerja secara door to door dan menawarkan jasanya melalui media Yellowpages. Dari pekerjaan ini, Abdul mampu meraup omzet minimal Rp 5 juta dalam sebulan. Penghasilan lumayan itu ia dapat karena sebagus apa pun kualitas piano, alat musik ini minimal enam bulan sekali wajib distem. Tiap kali stem, Abdul memasang tarif sebesar Rp 250.000. Itu di luar reparasi bila ada kerusakan senar. "Makin tua umur piano, makin harus sering distem," kata dia.Muhammad Sani, penyetem piano dari Kemayoran, Jakarta telah mendalami piano sejak 1963. "Saya belajar menyetem piano dari ayah saya ketika saya lulus SD. Saya lebih mengerti menyetem piano dibandingkan dengan main piano," kata Sani, 63 tahun, yang perlu waktu sekitar 10 tahun untuk belajar menyetem piano. Sani mengatakan, menjadi penyetem piano harus paham betul suku cadang piano, mulai dari senar, string, hammer, tuts, pedal, sampai body paint. Setelah paham, ia harus belajar memperbaiki kerusakan piano. "Baru belajar stem piano. Ini tingkat belajar yang paling sulit,” tutur Sani.Untuk itu, bagi yang ingin menjadi penyetem piano, satu-satunya cara adalah harus rajin mengutak-atik piano. "Profesi penyetem piano masih jarang, jadi prospektif," katanya.Sani punya sekitar 200 pelanggan tersebar di Jakarta, Bogor, Bekasi, dan Depok. Lalu, di Surabaya, Bali, dan Lampung. Sekali menyetem, Sani dibayar Rp 250.000 untuk piano biasa dan Rp 400.000 untuk grand piano. Sebulan ia bisa melayani 20 pelanggan yang kebanyakan adalah guru piano dan pianis. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Penyetem piano perlu kepekaan tinggi untuk menyelaraskan nada
Profesi penyelaras nada alat musik piano masih jarang di Indonesia. Untuk melakoni pekerjaan ini, tidak hanya kepekaan terhadap nada modalnya, tapi juga kesabaran dan jam terbang tinggi. Penyetem piano biasanya memasang tarif minimal Rp 250.000 sekali menyetem, tergantung jenis piano.Musik yang indah bisa menjadi penyejuk hati yang gundah. Namun, bagaimana jika nada yang dihasilkan alat musik sudah tidak pas lagi? Inilah tugas penyelaras nada atau penyetem alat musik untuk memperbaiki. Abdul Madjid Gangga, contohnya. Penyetem piano asal Depok, Jawa Barat ini menjelaskan, tugas utama penyetem piano adalah menyelaraskan nada dengan menyetel panjang pendeknya senar, agar setiap tuts piano dapat berdenting pas.Untuk bisa melakukan itu, mutlak perlu pengetahuan tentang nada atau minimal bisa memainkan alat musik untuk merasakan feel-nya. "Seorang penyetem piano wajib bisa memainkan piano," kata AbdulMakanya, butuh pengetahuan tambahan soal kuat lemahnya nada, kepekaan pendengaran, dan kesabaran. Agar suara piano bagus, perlu juga keselarasan nada yang mengacu standar kecepatan getaran suara 440 Hz. "Itu idealnya, tapi jarang yang bisa mencapai itu, paling tidak mendekati," ujarnya.Berbekal ilmu musik yang ia pelajari sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD) pada 1974 silam dan les piano di Yayasan Musik Indonesia (Yasmi), Abdul memulai profesinya sebagai penyetem piano di 1992. Ia bekerja secara door to door dan menawarkan jasanya melalui media Yellowpages. Dari pekerjaan ini, Abdul mampu meraup omzet minimal Rp 5 juta dalam sebulan. Penghasilan lumayan itu ia dapat karena sebagus apa pun kualitas piano, alat musik ini minimal enam bulan sekali wajib distem. Tiap kali stem, Abdul memasang tarif sebesar Rp 250.000. Itu di luar reparasi bila ada kerusakan senar. "Makin tua umur piano, makin harus sering distem," kata dia.Muhammad Sani, penyetem piano dari Kemayoran, Jakarta telah mendalami piano sejak 1963. "Saya belajar menyetem piano dari ayah saya ketika saya lulus SD. Saya lebih mengerti menyetem piano dibandingkan dengan main piano," kata Sani, 63 tahun, yang perlu waktu sekitar 10 tahun untuk belajar menyetem piano. Sani mengatakan, menjadi penyetem piano harus paham betul suku cadang piano, mulai dari senar, string, hammer, tuts, pedal, sampai body paint. Setelah paham, ia harus belajar memperbaiki kerusakan piano. "Baru belajar stem piano. Ini tingkat belajar yang paling sulit,” tutur Sani.Untuk itu, bagi yang ingin menjadi penyetem piano, satu-satunya cara adalah harus rajin mengutak-atik piano. "Profesi penyetem piano masih jarang, jadi prospektif," katanya.Sani punya sekitar 200 pelanggan tersebar di Jakarta, Bogor, Bekasi, dan Depok. Lalu, di Surabaya, Bali, dan Lampung. Sekali menyetem, Sani dibayar Rp 250.000 untuk piano biasa dan Rp 400.000 untuk grand piano. Sebulan ia bisa melayani 20 pelanggan yang kebanyakan adalah guru piano dan pianis. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News