KONTAN.CO.ID - TOKYO. Shigeaki Mori, penyintas bom atom Hiroshima, berharap Hadiah Nobel Perdamaian yang diberikan kepada kelompok Nihon Hidankyo, organisasi penyintas bom atom, akan semakin mengarahkan perhatian dunia pada perlucutan senjata nuklir. Mori, yang pernah dipeluk oleh Presiden AS Barack Obama dalam kunjungannya ke Hiroshima pada 2016, menyampaikan harapan ini saat diwawancarai oleh
Reuters. Komite Nobel Norwegia menganugerahkan penghargaan tersebut kepada Nihon Hidankyo atas upaya mereka memperingatkan bahaya senjata nuklir dan menceritakan penderitaan yang dialami Hiroshima dan Nagasaki akibat serangan bom atom pada Perang Dunia II.
Baca Juga: Nihon Hidankyo dari Jepang Raih Hadiah Nobel Perdamaian 2024 Penghargaan ini diberikan menjelang peringatan 80 tahun pengeboman yang terjadi pada Agustus 1945, yang memaksa Jepang menyerah dalam perang tersebut. Shigeaki Mori, yang berusia delapan tahun ketika Hiroshima dihancurkan oleh bom atom, menjadi simbol dari kunjungan Obama ke Hiroshima setelah momen pelukan antara keduanya. Ketika ditanya apakah Hadiah Nobel ini akan membawa kesadaran yang lebih besar terhadap isu denuklirisasi, Mori, yang kini berusia delapan puluhan, hanya menjawab singkat: "Ya." Mori tidak memberikan komentar lebih lanjut karena banyaknya permintaan wawancara yang diterimanya. Namun, dalam wawancara sebelumnya, Mori pernah bercerita bahwa ia sempat pingsan akibat ledakan bom dan saat sadar, ia melihat seorang wanita memegangi bagian perutnya yang terluka, mencari rumah sakit terdekat.
Baca Juga: Sosok Han Kang, Novelis Perempuan Korea Selatan Peraih Nobel Sastra Sebagai orang dewasa, Mori memulai pencarian panjang untuk mengungkap jumlah korban yang dikremasi di sekolah tempat ia dulu bersekolah. Penelitiannya juga berhasil mengidentifikasi 12 warga Amerika yang tewas dalam pengeboman tersebut. Obama, dalam kunjungannya ke Hiroshima, memuji dedikasi Mori dan menyerukan tanggung jawab bersama untuk menghadapi sejarah. Namun, Obama tidak menyampaikan permintaan maaf secara langsung atas pengeboman, yang menurut sebagian orang Jepang sudah terlambat.
Banyak penyintas bom atom, yang dikenal sebagai hibakusha, terus berjuang untuk menjaga ingatan tentang tragedi Hiroshima dan Nagasaki tetap hidup, meskipun usia mereka semakin tua dan jumlah mereka kian menurun.
Baca Juga: Kemenangan Nobel Google Memicu Perdebatan tentang Riset AI Mereka melihat peristiwa tersebut bukan hanya sebagai momen sejarah, tetapi juga sebagai seruan untuk perubahan. Joergen Watne Frydnes, ketua Komite Nobel Norwegia, memperingatkan bahwa negara-negara nuklir harus berhenti mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir. Mori, dalam wawancara sebelumnya, berharap upaya menuju pelucutan senjata nuklir tidak akan sia-sia.
Editor: Noverius Laoli