KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pep Guardiola adalah salah satu manajer yang paling dihormati dalam sejarah sepak bola modern. Keberhasilannya yang luar biasa di Barcelona, Bayern Munich, dan kini Manchester City telah mengukir banyak prestasi gemilang. Namun, terkadang keberhasilan yang besar membawa tantangan tersendiri, terutama dalam hal mempertahankan motivasi dan keseimbangan dalam tim. Situasi yang dihadapi oleh Guardiola di Manchester City saat ini, setelah kekalahan telak 2-1 di Aston Villa pada Sabtu lalu, mengingatkan kita pada masa-masa sulit yang dia alami di Barcelona, yang akhirnya memaksanya untuk meninggalkan klub tersebut pada 2012.
Baca Juga: 10 Pemain Liga Inggris Siap Panaskan Bursa Transfer Januari 2025, Ini Daftarnya Keberhasilan yang Menjadi Beban
Keberhasilan besar sering kali datang dengan ekspektasi yang sangat tinggi, dan ini adalah situasi yang sangat familiar bagi Guardiola. Di Barcelona, setelah meraih semua gelar yang ada, termasuk treble Liga Champions, La Liga, dan Copa del Rey pada 2009, Guardiola merasakan kesulitan dalam mempertahankan motivasi baik untuk dirinya sendiri maupun untuk para pemainnya. Dalam sebuah wawancara pada tahun 2014, Guardiola mengungkapkan bahwa meskipun timnya sangat sukses, dia merasa semakin sulit untuk memotivasi dirinya dan para pemainnya, yang akhirnya membuatnya memutuskan untuk mundur. "Kesuksesan luar biasa kami memenangkan 14 trofi hanya dalam empat tahun adalah periode terbaik dalam sejarah klub," kata Guardiola. "Namun, secara bertahap saya merasa semakin sulit untuk memotivasi diri saya sendiri dan tim. Itu adalah saat ketika saya tahu sudah waktunya untuk pergi." Hal ini menjadi perhatian besar bagi Manchester City, yang kini berada di posisi ketujuh Liga Premier Inggris dan mengalami penurunan performa setelah meraih treble pada tahun 2023. Guardiola harus menghadapi kenyataan bahwa meskipun timnya telah meraih kesuksesan luar biasa, hasil buruk yang terus berlanjut dapat memengaruhi motivasi tim dan dirinya sendiri.
Baca Juga: Miris! Tikus Serbu Old Trafford, Reputasi Kebersihan Kandang MU Tercoreng Menurunnya Performa Tim dan Pemain Kunci
Manchester City saat ini tengah mengalami krisis hasil, dengan hanya mencatatkan dua kemenangan dalam 12 pertandingan terakhir mereka. Hal ini memperburuk tekanan terhadap Guardiola yang semakin besar, terutama karena tim ini tidak mampu mempertahankan level performa yang mereka capai selama beberapa tahun terakhir. Pemain-pemain kunci seperti Kyle Walker, Ederson, Ilkay Gundogan, dan Kevin De Bruyne, yang sudah memasuki usia matang, kini mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan performa. Kabar buruknya, beberapa kontrak pemain utama tersebut akan berakhir pada tahun 2026 dan 2027, yang menambah ketidakpastian mengenai masa depan klub. Selain itu, masalah finansial juga menjadi sorotan utama, dengan Manchester City tengah menghadapi serangkaian tuduhan terkait pelanggaran pengeluaran yang dapat berujung pada sanksi besar. Hasil akhir dari proses hukum ini diperkirakan akan diumumkan pada awal tahun 2025, yang semakin memperburuk situasi klub di luar lapangan.
Kemungkinan Berakhirnya Era Guardiola di City
Jika kita melihat sejarah Guardiola, kita dapat melihat pola yang sama terjadi di Barcelona pada tahun 2012. Setelah meraih segalanya di klub Catalan, Guardiola merasa bahwa timnya tidak lagi memiliki motivasi yang sama, dan hal itu menjadi alasan utama di balik keputusannya untuk mundur.
Baca Juga: Mohamed Salah, Mesin Gol Liverpool yang Tak Terhentikan Kini, dengan situasi serupa yang terjadi di Manchester City, banyak yang mulai bertanya-tanya apakah kita sedang menyaksikan akhir dari era Guardiola di Etihad Stadium. Keputusan Guardiola untuk meninggalkan Barcelona pada 2012 menjadi momen yang penuh kontroversi, mengingat prestasi besar yang telah dia capai bersama tim tersebut. Namun, bagi Guardiola, mempertahankan motivasi dan menciptakan sesuatu yang baru adalah hal yang lebih penting daripada bertahan dalam situasi yang sudah tidak lagi memberi tantangan baru. Dengan performa yang menurun dan masalah eksternal yang semakin membebani, tidak menutup kemungkinan bahwa Guardiola akan menghadapi dilema yang sama di Manchester City seperti yang dia alami di Barcelona. Jika dia merasa tidak lagi bisa memberikan dampak yang maksimal, mungkin sudah saatnya untuk mengambil keputusan besar tersebut.
Mengapa Guardiola Bisa Jadi Memilih Mundur
Ada beberapa alasan mengapa Guardiola bisa memilih untuk mundur dari Manchester City jika situasinya terus memburuk. Pertama, kita harus mempertimbangkan usia dan kondisi fisik para pemain kunci. Dengan beberapa pemain utama yang sudah memasuki usia senja dan penurunan performa yang jelas terlihat, Guardiola mungkin merasa bahwa tim ini tidak lagi dapat bersaing di level tertinggi.
Baca Juga: Liverpool Dingin di Puncak, Perkokoh Posisi Perburuan Gelar Juara Musim Ini Kedua, masalah keuangan yang melibatkan klub dapat memberikan tekanan tambahan. Jika Manchester City dikenakan sanksi besar-besaran akibat pelanggaran finansial, ini bisa berdampak negatif pada reputasi Guardiola sebagai manajer yang selalu menjunjung tinggi integritas dan kesuksesan jangka panjang. Terakhir, tantangan mental dalam mempertahankan motivasi setelah meraih segalanya dalam kariernya dapat menjadi faktor utama. Guardiola telah meraih sukses luar biasa di setiap klub yang dia pimpin, dan mungkin sudah saatnya bagi dia untuk mencari tantangan baru di tempat lain sebelum terjebak dalam rutinitas yang membosankan.
Editor: Handoyo .