JAKARTA. Iklim perbankan yang kondusif mendukung kinerja industri pembiayaan tanah air. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mencatat aset industri pembiayaan per Juli tahun ini mencapai Rp 266,45 triliun. Angka itu meningkat 28,63% dari periode yang sama tahun lalu. Meskipun mengaku tidak mematok target tertentu, Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan Bapepam-LK M. Ihsanudin ketika ditemui di kantornya, Jumat (16/9) mengklaim, "Naik 10% juga sudah bagus,” tuturnya. Menurutnya, pertumbuhan industri pembiayaan ditopang oleh kondisi perbankan dan pendapatan per kapita yang bagus. Perusahaan pembiayaan masih mengandalkan bank sebagai sumber dananya. Lebih dari separuh aset, yaitu sebesar Rp 152,42 triliun berasal dari bank, yang terdiri dari Rp 90,76 triliun bank dalam negeri dan Rp 61,67 triliun luar negeri. Penyaluran dana dengan skema joint financing lebih besar dari channeling, dengan perbandingan 81% banding 19%. Minat perusahaan pembiayaan mencari sumber dana di pasar modal belum terlalu marak, terlihat dari sumber dana dari obligasi yang besarnya hanya Rp 28,88 triliun. Sisa aset berasal dari pinjaman subordinasi sebesar Rp 15,26 triliun yaitu Rp 7,40 triliun dari dalam negeri dan Rp 7,86 triliun dari luar negeri, modal Rp 49,15 triliun, serta lain-lain Rp 20,73 triliun. Sebanyak 195 perusahaan pembiayaan yang tercatat di Bapepam-LK sudah membukukan laba tahun berjalan Rp 5,55 triliun, dengan investment asset ratio (IAR) 82% dan gearing ratio (GR) 4,39 kali. Nilai GR ini masih jauh di bawah ketentuan, yaitu 10 kali. Ihsanudin belum bersedia mengomentari kemungkinan penurunan bunga pembiayaan. "Itu semua tergantung suku bunga acuan Bank Indonesia (BI)," pungkasnya. Maklum, sebagian besar dana perusahaan pembiayaan berasal dari bank.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Per Juli 2011 aset industri pembiayaan naik 28,63%
JAKARTA. Iklim perbankan yang kondusif mendukung kinerja industri pembiayaan tanah air. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mencatat aset industri pembiayaan per Juli tahun ini mencapai Rp 266,45 triliun. Angka itu meningkat 28,63% dari periode yang sama tahun lalu. Meskipun mengaku tidak mematok target tertentu, Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan Bapepam-LK M. Ihsanudin ketika ditemui di kantornya, Jumat (16/9) mengklaim, "Naik 10% juga sudah bagus,” tuturnya. Menurutnya, pertumbuhan industri pembiayaan ditopang oleh kondisi perbankan dan pendapatan per kapita yang bagus. Perusahaan pembiayaan masih mengandalkan bank sebagai sumber dananya. Lebih dari separuh aset, yaitu sebesar Rp 152,42 triliun berasal dari bank, yang terdiri dari Rp 90,76 triliun bank dalam negeri dan Rp 61,67 triliun luar negeri. Penyaluran dana dengan skema joint financing lebih besar dari channeling, dengan perbandingan 81% banding 19%. Minat perusahaan pembiayaan mencari sumber dana di pasar modal belum terlalu marak, terlihat dari sumber dana dari obligasi yang besarnya hanya Rp 28,88 triliun. Sisa aset berasal dari pinjaman subordinasi sebesar Rp 15,26 triliun yaitu Rp 7,40 triliun dari dalam negeri dan Rp 7,86 triliun dari luar negeri, modal Rp 49,15 triliun, serta lain-lain Rp 20,73 triliun. Sebanyak 195 perusahaan pembiayaan yang tercatat di Bapepam-LK sudah membukukan laba tahun berjalan Rp 5,55 triliun, dengan investment asset ratio (IAR) 82% dan gearing ratio (GR) 4,39 kali. Nilai GR ini masih jauh di bawah ketentuan, yaitu 10 kali. Ihsanudin belum bersedia mengomentari kemungkinan penurunan bunga pembiayaan. "Itu semua tergantung suku bunga acuan Bank Indonesia (BI)," pungkasnya. Maklum, sebagian besar dana perusahaan pembiayaan berasal dari bank.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News