Per Maret 2021, ini posisi modal inti calon bank digital



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak lama lagi, bank digital bakal ramai memberikan layanan kepada masyarakat Indonesia. Bila tidak ada aral melintang, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bakal merilis peraturan mengenai bank umum pada Juni mendatang.

Permodalan bank digital salah satu yang akan diatur secara rinci. OJK telah mengungkapkan syarat permodalan bank digital. Untuk mendirikan atau melahirkan satu baru akan beroperasi secara digital penuh maka harus memiliki modal awal Rp 10 triliun.

Aturannya akan beda lagi kalau ingin mengonversi bank tradisional jadi bank digital. Jika bank tersebut berdiri sendiri maka modalnya cukup Rp 3 triliun.


Sementara kalau bank tradisional yang akan jadi bank digital itu merupakan bagian dari kelompok usaha bank maka hanya perlu modal Rp 1 triliun.

Baca Juga: Mesti siapkan modal Rp 10 triliun untuk mendirikan bank digital baru, siapa tertarik?

PT Bank Neo Commerce Tbk atau BNC misalnya akan terus melakukan penambahan modal inti hingga mencapai Rp 3 triliun melalui aksi rights issue.

Kendati demikian, BNC akan mengejar modal inti hingga Rp 2 triliun tahun ini sesuai aturan yang berlaku.

Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan bilang saat berencana melakukannya penambah modal melalui skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue sebanyak 10 miliar saham baru dalam penawaran umum terbatas V dan VI.

“Akulaku dan Gozco Capital siap menyerap. Dana hasil rights issue tersebut akan digunakan untuk belanja modal dan meningkatkan modal inti perseroan menjadi Rp 2 triliun pada tahun ini. Sisanya untuk investasi di sektor teknologi dan informasi (IT) dan belanja operasional,” ujar Tjandra kepada Kontan.co.id.

Hingga Maret 2021, BNC memiliki modal inti sebesar Rp 1,02 triliun. Nilai itu naik 11,18% yoy dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 921,64 miliar.

Sedangkan komposisi pemegang saham BBYB terdiri dari PT Akulaku Silvrr Indonesia dengan kepemilikan sebesar 24,98%, PT Gozco Capital 20,13%, PT Asabri (Persero) 16,83%, Yellow Brick Enterprise Ltd. 11,1%, dan sisanya pemegang saham publik 26,96%.

Editor: Yudho Winarto