KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penerbitan obligasi korporasi industri multifinance terlihat semarak di tahun 2022 ini. Hal ini tercermin dari total penerbitan hingga Mei 2022 berdasarkan data Perusahaan Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencapai Rp14,80 triliun atau sekitar 124,7% dari pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp6,50 triliun. Sementara itu, total mandat yang Pefindo terima dari industri multifinance adalah sebesar Rp 4,35 triliun per akhir Mei 2022. Nilai tersebut mencakup sekitar 5,98% dari total mandat yang Pefindo terima sebesar Rp72,74 triliun. Fixed Income Analyst PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Ahmad Nasrudin menyampaikan, banyaknya penerbitan di tahun ini dipengaruhi oleh kebutuhan untuk refinancing dan ekspansi.
Baca Juga: Pefindo Tegaskan Rating idA kepada Wijaya Karya (WIKA) Berdasarkan data KSEI per Desember 2021, total surat utang yang jatuh tempo dari multifinance mencapai Rp23,80 triliun di tahun 2022. Nominal tersebut mencakup 15,16% dari total penerbitan di tahun ini. Sehingga kata Ahmad, itu kemudian mendorong pembiayaan untuk menerbitkan surat utang baru untuk membiayai kembali surat utang yang jatuh tempo. "Saya lihat mereka juga mencoba untuk memanfaatkan yield yang masih rendah di awal tahun sebelum akhirnya akan naik ke depan seiring dengan pengetatan kebijakan moneter," kata Ahmad kepada kontan.co.id, belum lama ini. Selain untuk
refinancing, penerbitan juga didorong oleh kebutuhan untuk modal kerja dan investasi. Hal ini dikarenakan, pembiayaan memang sangat tergantung pada pembiayaan dari surat utang, selain juga dari bank. Dan pemulihan ekonomi telah mendorong permintaan terhadap jasa pembiayaan. Sebagai gambaran, pembiayaan baru multifinance telah tumbuh 4,51%
year on year (YoY) menjadi Rp 381,16 triliun per April 2022. Persentase tersebut lebih tinggi daripada kinerja tahun 2021, yang mana masih terkontraksi sekitar -1,49% YoY menjadi Rp 364,23 triliun. Pembiayaan yang tumbuh lebih kuat tersebut, disebut Ahmad mendorong pembiayaan mencari sumber pendanaan untuk membiayai pertumbuhan. Dan surat utang adalah pilihan karena lebih murah daripada meminjam ke bank. Di sisi lain, Ahmad menjabarkan, rata-rata kupon penerbitan hingga Mei 2022 ini secara umum, perusahaan multifinance masih membayar kupon yang lebih rendah daripada rata-rata di tahun sebelumnya. Misalnya, kupon rata-rata untuk surat utang berperingkat AAA dengan tenor 1 tahun adalah sebesar 3,52% atau 0,72% lebih rendah daripada tahun sebelumnya. Sementara itu, untuk tenor 3 tahun, rata-rata kuponnya adalah 5,68% atau 0,16% lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata tahun sebelumnya. "Saya melihat perusahaan multifinance masih membayar kupon yang lebih rendah karena lingkungan suku bunga yang masih rendah dan perbaikan profil risiko. Di awal tahun, bank sentral juga masih mempertahankan kebijakan moneter longgar," kata Ahmad.
Baca Juga: Multifinance Mencari Dana dari Obligasi Selain itu, Ahmad menambahkan, pengetatan kebijakan resmi mulai berjalan di Maret 2022 dengan adanya kenaikan rasio GWM. Namun demikian, efek kenaikan rasio GWM tersebut terasa dan belum signifikan karena likuiditas yang masih sangat melimpah (efek pelonggaran selama pandemi).
"Selain itu, pemulihan ekonomi mendorong ekspektasi positif terhadap pemulihan kinerja bisnis dan keuangan dari para emiten obligasi, menurunkan profil risiko mereka. Karena itu, investor tidak meminta premi yang relatif tinggi seperti selama pandemi," tambah Ahmad. Menurut Ahmad, dengan adanya kenaikan suku bunga, multifinance masih tetap gencar membuat obligasi selama pertumbuhan bisnis multifinance positif. "Seperti yang telah saya sebutkan, pembiayaan memiliki dua sumber utama untuk pendanaan: bank dan surat utang. Karena pinjaman bank relatif lebih mahal, menerbitkan surat utang menjadi pilihan yang lebih menarik. Jadi, saya pikir selama bisnis mereka tumbuh kuat, mereka akan menerbitkan obligasi," imbuh Ahmad. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto