Per November 2025 Kredit Investasi Naik 17,8%, BI Nilai Ini Sinyal Pemulihan Ekonomi



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menilai pertumbuhan kredit investasi yang terus menguat menjadi sinyal positif pemulihan ekonomi ke depan, di tengah laju kredit perbankan yang secara keseluruhan masih melambat. 

Mengacu pada Laporan Analisis Uang Beredar Bank Indonesia, kredit investasi tumbuh 17,8% secara tahunan alias year on year (YoY) per November 2025. Pertumbuhan ini melanjutkan pada Oktober 2025 yang naik 15% secara yoy. Kinerja tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit secara industri yang tercatat 7,9% yoy pada periode yang sama. 

Sebagai catatan, data tersebut merupakan data sementara. Berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, per November 2025 kredit industri tumbuh 7,74% yoy. 


Baca Juga: Kemenkeu Pastikan Penerbitan SPN Sesuai Pagu APBN 2026

Asisten Gubernur BI Solikin M. Juhro mengatakan, menguatnya kredit investasi mencerminkan masih terjaganya optimisme dunia usaha terhadap prospek ekonomi, terutama untuk ekspansi jangka menengah dan panjang.

“Kalau kami lihat kredit investasi tinggi, ini masih ada persepsi ekonomi ke depan itu tinggi,” kata Solikin dalam taklimat media di Jakarta, Senin (22/12/2025). 

Saat ini, Solikin bilang memang terjadi ketidaksempurnaan pasar, yang mana penurunan suku bunga acuan tak diikuti oleh penurunan suku bunga kredit. Itulah yang membuat permintaan kredit rendah dan otomatis menahan laju pertumbuhan penyaluran kredit secara industri.

Namun begitu, ia juga bilang pada dasarnya transmisi penurunan suku bunga kebijakan ke sektor kredit memang membutuhkan waktu (lag effect)

Menurut Solikin, dampak penurunan suku bunga sebanyak 125 basis poin sepanjang tahun ini bakal dirasakan bertahap oleh pasar uang, dana, hingga kredit. Pun saat ini, ia melihat dampaknya terhadap pasar uang sudah mulai terasa. 

Untuk mengatasi hambatan struktural, Solikin menyebut perlu ada koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), serta pemerintah dalam kerangka Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). 

“Kami melihat memang butuh waktu, tapi kami juga perlu melihat sisi struktural, kenapa kok (penurunan suku bunga) lambat. Nah itu harus kami lihat, dipetain dimana ada masalahnya,” jelas Solikin. 

Baca Juga: UMP 2026 Harus Ditetapkan 24/12/2025, Ini Daftar KHL di 38 Provinsi untuk HItung UMP

Selanjutnya: Jasamarga Bali Tol Tambah GTO Benoa, Lancarkan Libur Nataru 2025

Menarik Dibaca: Harga Emas Hari Ini Perpanjang Rekor All Time High ke US$ 4.489

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News