KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga perak mencetak reli signifikan menjelang akhir 2025. Analis menilai lonjakan tajam ini merupakan hasil kombinasi kuat antara defisit pasokan, lonjakan permintaan industri, dan sentimen makroekonomi global. Pada perdagangan Jumat (26/12/2025) pukul 11.10 WIB, harga perak atau silver tercatat di US$ 74,621 per ons troi. Harga perak saat ini sudah melonjak sebesar 39,56% secara bulanan dan 158,15% secara YtD. Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan kondisi pasar saat ini memang sangat fenomenal bagi perak. Katanya, kenaikan luar biasa ini bukan sekadar spekulasi, melainkan hasil dari “badai sempurna" antara fundamental dan makroekonomi.
Baca Juga: Bursa Asia Menguat, Investor Optimistis Santa Claus Rally “Sebagai logam yang sering disebut Devil’s Metal karena volatilitasnya, perak telah membuktikan diri sebagai aset dengan performa terbaik di tahun 2025 ini.” ujar Sutopo kepada Kontan awal pekan ini. Sutopo menyebut berbagai faktor memegaruhi melejitnya harga perak hingga akhir tahun. Pertama ialah defisit pasokan struktural, yang mana tahun ini ialah tahun kelima berturut-turut di mana permintaan global melebihi pasokan tambang. Kedua, adanya revolusi industri hijau yang ditandai permintaan dari sektor panel surya (fotovoltaik) melonjak drastis. Setiap panel surya membutuhkan perak untuk konduktivitasnya, dan ekspansi energi terbarukan di tahun 2025 telah mencapai titik puncaknya. Ketiga, tumbuhnya sektor teknologi dan AI menjadikan pusat data (data center) untuk kecerdasan buatan dan elektrifikasi kendaraan listrik (EV) membutuhkan komponen elektronik dalam jumlah besar yang berbahan dasar perak. Dan terakhir ada faktor moneter, yang ditandai dari fenomena pelemahan dolar AS dan ekspektasi pemangkasan suku bunga Fed yang lebih agresif di tahun 2026 membuat aset tanpa imbal hasil seperti perak menjadi sangat menarik. Lebih lanjut Sutopo membidik, tren penguatan perak masih akan berlanjut di tahun 2026, namun dengan volatilitas yang lebih tinggi. Tetapi di sisi lain, potensi balik arah juga masih ada. “Koreksi atau pelemahan sementara (ambil untung) sangat mungkin terjadi, terutama jika inflasi AS tiba-tiba melonjak kembali sehingga Fed membatalkan rencana pemangkasan bunga,” lanjutnya. Sutopo bilang, investor pada tahun 2026 perlu menerapkan strategi kan waspada terhadap beberapa faktor kunci, misalnya sentimen global seperti kebijakan perdagangan AS di bawah kepemimpinan baru, terutama terkait blokade minyak atau sanksi geopolitik, yang dapat memicu permintaan
safe haven. Kemudian investor pelu memantau terus arus masuk ke ETF
(Exchange Traded Funds). Jika investor besar mulai mengurangi kepemilikan mereka di ETF perak, harga bisa terkoreksi tajam. Dengan berbagai sentimen dan katalis tersebut, dia memproyeksi harga perak pada tahun 2026 diperkirakan akan tetap berada dalam jalur pendakian yang stabil dengan target psikologis baru yang lebih tinggi, kisaran US$ 60 – US$ 75 per troi ons. “Tetapi bagi banyak analis, angka US$ 100 per troi ons kini bukan lagi sekadar impian liar, melainkan target jangka panjang yang mulai terlihat realistis jika krisis pasokan fisik terus memburuk,” pungkasnya.
Baca Juga: Harga Emas Antam Hari Ini Naik Rp 13.000 ke Rp 2.589.000 Per Gram, Jumat (26/12/2025) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News