Perak menanjak didukung data manufaktur Eropa



JAKARTA. Perak mantap menanjak ke level tertingginya dalam dua pekan. Rilis data manufaktur beberapa negara Eropa yang berwarna hijau menjadi penopangnya.

Mengutip Bloomberg, pada Selasa (25/10) pukul 16.56 WIB, harga perak kontrak pengiriman Desember 2016 di Commodity Exchange melesat sebesar 0,91% ke level US$ 17,765 per ons troi dibanding hari sebelumnya yang tercatat ditutup di US$ 17,604 per ons troi.

Dibandingkan dengan sepekan sebelumnya, harga logam mulia ini naik sebesar 0,20% setelah pada Selasa (18/10) perak ditutup di level US$ 17,638 per ons troi.


Analis Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto mengatakan, data manufaktur yang serentak dikeluarkan oleh beberapa negara Eropa menyebabkan harga perak terdongkrak. Memang, pada Senin (24/10) siang waktu Jakarta, di Prancis dan Jerman ada rilis data pertumbuhan bulanan manufaktur.

Tercatat, pertumbuhan manufaktur keduanya melebihi ekspektasi para analis. Selain data pertumbuhan manufaktur Eropa yang ciamik, Andri juga melihat memang secara global data ekonomi sedang berpihak pada komoditas safe haven seperti perak.

"Di Inggris, bahkan pelaku pasar sudah tidak menggunakan istilah hard brexit, melainkan brutal brexit," kata Andri.

Ia juga menilai, kondisi nilai tukar beberapa mata uang utama sedang kurang baik. "Wajar kalau pelaku pasar mengalihkan valasnya ke komoditas ini," terang dia.

Sampai akhir pekan ini, Andri melihat harga perak memang masih rawan koreksi. Menurut dia, penguatan harga masih tertahan karena menunggu data manufaktur final dari Eropa dan data penjualan rumah baru yang akan dirilis Biro Sensus AS pada Rabu (26/10) malam nanti. "Kalau memang datanya mampu untuk menguatkan indeks dollar, maka perak bisa melemah," kata dia.

Namun, dia memprediksi, apabila pada akhir tahun suku bunga The Fed benar-benar dinaikkan, harga perak akan berada di kisaran perdagangan yang tidak terlalu lebar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto