Perang bunga, LPS ingin bank pangkas kredit



JAKARTA. Raut wajah Ahmad tampak gelisah. Senin (30/6), Kepala kantor cabang salah satu bank swasta papan atas ini menghabiskan waktu kerjanya untuk menghubungi sejumlah nasabah korporasi."Saya menawarkan bunga deposito sebulan 10,75% bagi dana di atas Rp 10 miliar. Saya rela margin cabang saya jadi tipis asal posisi funding pada tutup buku semester I bagus," ujar dia, kemarin.

Ahmad tak sendirian. Perbankan Tanah Air memang tengah memasuki musim paceklik likuiditas. Makanya, tak heran jika bank berlomba-lomba merayu nasabah dengan iming-iming bunga deposito tinggi (lihat tabel).

Kompetisi memperebutkan dana pihak ketiga (DPK) terekam oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Pantauan LPS, sejumlah bank menawarkan bunga deposito di kisaran 12%-13%. LPS menilai, kondisi perang bunga di perbankan sudah memasuki masa tidak sehat. Atas dasar itulah, LPS meminta bank memangkas target pertumbuhan kredit semester II-2014 untuk memadamkan perang suku bunga simpanan.


Kartika Wirjoatmodjo, Kepala Eksekutif LPS, mengatakan, perbankan harus mengoreksi diri alias tidak ngotot menyalurkan kredit di tengah likuiditas terbatas. Sebab, pemberian suku bunga simpanan tinggi akan memicu kenaikan biaya dana (cost of fund). "LPS akan berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) meminta bank agar jangan terlalu kerja keras mendorong kredit," ujar Kartika, akhir pekan lalu.

Sudah rendah

Kendati persaingan mencari dana ketat, bank masih enggan memangkas kredit lantaran sudah mematok target rendah. Hendrawan Danusaputra, Direktur Institusi Bank Panin mengatakan, pihaknya sudah memperlambat laju pertumbuhan kredit sejak awal tahun.

Hingga akhir tahun 2014, Panin memasang target pertumbuhan kredit rendah atau sebesar 10%-15%. Hendrawan menambahkan, likuiditas Panin masih tercukupi karena rasio likuiditas (loan to deposit ratio/LDR) ditargetkan 89% di akhir tahun atau sama dengan posisi kuartal I-2014. Tahun ini, Panin hanya mematok pertumbuhan DPK sebesar 10%.

Tigor M. Siahaan, Chief Country Officer Citibank Indonesia mengatakan, pihaknya belum berniat merevisi rencana bisnis bank (RBB), khususnya target kredit. Sejak awal tahun, Citibank mematok pertumbuhan kredit yakni sebesar 15%-17%.

Sedikit berbeda, pengetatan likuiditas yang belum membaik mendorong Bank Bukopin mengkaji kembali RBB di semester II. Tri Joko Prihanto, Direktur Keuangan Bank Bukopin mengatakan, pihaknya akan merevisi target pertumbuhan kredit karena persaingan suku bunga masih tinggi.

Awalnya, Bukopin menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 15%-17%. Angka itu akan dipangkas menjadi menjadi 13%-15%. "Seluruh jenis kredit akan terjadi penurunan pertumbuhan," kata Tri. Catatan saja, OJK meminta bank memasang target pertumbuhan kredit maksimal 17%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina