Perang Dagang AS-China Belum Usai, Tiongkok Beri Sanksi ke Produsen Drone Terbesar AS



KONTAN.CO.ID - China telah menjatuhkan sanksi kepada Skydio, produsen pesawat nirawak terbesar di Amerika. Alasannya adalah karena Skydio menyediakan kendaraan udara nirawak untuk dinas pemadam kebakaran nasional Taiwan. 

Mengutip Endgadget, CEO Skydio Adam Bry secara terbuka mengakui sanksi tersebut pada hari Rabu (30/10/2024). 

"Beberapa minggu yang lalu, China mengumumkan sanksi terhadap Skydio karena menjual pesawat nirawak ke Taiwan, di mana satu-satunya pelanggan kami saat ini adalah Badan Pemadam Kebakaran Nasional," tulis Bry dalam sebuah posting blog.


Seperti yang pertama kali dilaporkan oleh Financial Times, larangan tersebut telah membuat Skydio berlomba-lomba mencari pemasok baterai alternatif. 

Meskipun perusahaan tersebut memproduksi pesawat nirawaknya di AS dan mendapatkan banyak komponen yang ada di dalamnya dari luar China, Skydio telah sepenuhnya bergantung pada satu penyedia baterai China sebelum 11 Oktober, ketika pemerintah negara tersebut memberlakukan embargo.

Menurut Bry, perusahaan tersebut memiliki "stok besar" sel daya, tetapi persediaan tersebut tidak akan cukup untuk mencegah penjatahan jangka pendek. Dan pemasok alternatif yang diupayakan Skydio tidak akan beroperasi hingga musim semi tahun depan. 

Baca Juga: Ini Pembalasan Pertama China ke Uni Eropa Terkait Perang Dagang Mobil Listrik

Selanjutnya, pengiriman drone X10, andalan perusahaan tersebut di masa mendatang, hanya akan disertai dengan satu baterai untuk sementara waktu.

Di antara pelanggan yang telah dikontrak Skydio untuk menyediakan drone X10 adalah militer Ukraina, yang berencana menggunakan UAV tersebut untuk misi pengintaian. Sebelum sanksi, Ukraina telah meminta ribuan unit X10, menurut Financial Times.

Hubungan Skydio dengan Taiwan mungkin hanya dalih untuk sanksi tersebut. 

"Kami menduga Skydio menjadi sasaran Beijing karena kemungkinan besar dianggap sebagai pesaing DJI," kata seorang pejabat AS kepada Financial Times. 

Dia menambahkan, "Jika ada hikmahnya, kami dapat menggunakan kejadian ini untuk mempercepat upaya kami untuk mendiversifikasi rantai pasokan drone dari ... China."

Baca Juga: Mulai Berlaku, Uni Eropa Terapkan Tarif Kendaraan Listrik China Hingga 45,3%

DJI, perlu disebutkan, telah lama menjadi incaran pemerintah AS. Pada pertengahan Oktober, pembuat drone China tersebut mengajukan gugatan terhadap Departemen Pertahanan atas keputusan yang dibuat Pentagon untuk menetapkannya sebagai "perusahaan militer China". 

Selanjutnya: Lokal Terkapar, Investor Asing Relokasi Pabrik

Menarik Dibaca: Bunga Deposito BCA Tertinggi 3,25% Untuk Tenor 1 Bulan

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie