Perang dagang AS-China diramal berefek ke tekstil dan garmen, ini strategi RICY



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings menyatakan, perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang kembali memanas berpotensi meningkatkan risiko penjualan perusahaan tekstil dan garmen Indonesia yang berorientasi domestik. Alasannya, kenaikan tarif atas barang China ke AS menyebabkan eksportir China mengarahkan produk mereka ke Asia.

“Hal ini akan mengintensifkan persaingan di pasar lokal dan berdampak pada produsen tekstil dan garmen Indonesia yang berfokus ke pasar domestik,” kata Associate Director Bernard Kie, Minggu (4/7). 

Baca Juga: Ricky Putra (RICY) bagi dividen Rp 3 per saham, simak jadwalnya berikut


Asal tahu saja, Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif baru sebesar 10% terhadap barang-barang impor China senilai US$ 300 miliar mulai 1 September 2019. Tarif tersebut diterapkan pada sejumlah barang konsumsi, seperti ponsel, laptop, mainan, alas kaki, dan pakaian.  

Salah satu pemain dalam industri tekstil dan garmen berorientasi domestik memberikan komentarnya. Direktur PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY) Tirta Heru Citra mengatakan, perang dagang  AS-China tidak berpengaruh signifikan terhadap bisnis perusahaannya, baik untuk bisnis ekspor maupun domestik. 

Pasalnya, bisnis ekspor yang hanya mencakup 20% dari total pendapatan RICY, sebanyak 95% ditujukan ke pasar Jepang, bukan AS.

Selain itu, menurut Tirta, perusahaannya juga sudah memiliki produk dengan brand yang kuat dan jangkauan penjualan yang luas. Salah satunya adalah produk pakaian dalam pria dengan merek GT Man. 

Baca Juga: Ricky Putra Globalindo (RICY) masih fokus garap pasar domestik

“Kami juga sudah punya distribusi yang kuat. Cabang dan anak perusahaan kami sudah ada di hampir seluruh wilayah Indonesia,” kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (5/8).

Bahkan, untuk pakaian dalam GT Man berjenis celana dalam,  porsi penjualannya mencakup 35% dari total pendapatan lokal RICY. Sementara sisanya terdiri dari pakaian dalam jenis lain, pakaian luar, aksesoris, dan spinning. 

Menurut Tirta, perang dagang ini juga tidak terlalu berdampak bagi penjualan RICY, sebab produk yang masuk dari China didominasi jenis pakaian luar, seperti t-shirt dan gaun. 

Meskipun dampaknya diprediksi tidak terlalu signifikan, Tirta mengatakan perusahaannya sudah menyiapkan strategi untuk menghadapi dampak tidak langsung dari  perang dagang ini. 

Perusahaan ini akan memaksimalkan penjualannya di dalam negeri. “Kami perkuat armada penjualan kami untuk lebih ketat menawarkan barang, serta kami akan mengeluarkan tipe-tipe produk yang baru,” kata dia.

Baca Juga: Ricky Putra Globalindo (RICY) targetkan laba bersih tumbuh 10% tahun ini

Tahun ini, RICY menargetkan pendapatannya bisa bertumbuh 20% secara tahunan. 

Per 2018, perusahaan ini membukukan pendapatan sebesar  Rp 2,1 triliun. Sementara itu, laba bersih tahun ini diharapkan naik 10% year on year dari tahun 2018 yang sebesar  Rp 18,4 miliar. 

Hingga semester I-2019, penjualan bersih RICY sudah mencapai Rp 1,05 triliun dengan laba bersih Rp 1,79 miliar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi