Perang dagang AS dan Uni Eropa mereda, bagaimana dampaknya bagi Indonesia?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa sepakat berdamai. Perang dagang yang disuarakan kedua belah pihak, kini mulai mendingin. Sejumlah kesepakatan dicapai, salah satunya menerapkan tarif bea masuk 0% kedelai dari Amerika Serikat.

Bhima Yudhistira, Ekonom Institute for Development Economic and Finance (INDEF) mengatakan, meredanya perang dagang antara AS dan Uni Eropa ada sisi positif dan negatifnya.

"Meredanya perang dagang AS Eropa ada sisi positif negatifnya. Positifnya stabilitas di pasar keuangan bisa lebih terjaga sehingga rupiah berpotensi kembali menguat. Negatifnya peluang ekspor minyak sawit CPO ke Eropa sebagai pengganti minyak kedelai AS jadi hilang," ujar Bhima kepada kontan.co.id. Sabtu (28/7).


Bhima menambahkan, strategi yang harus diambil oleh Pemerintah adalah dengan memperkuat diplomasi dagang secara bilateral dengan Eropa. Cara ini sebelumnya efektif dilakukan China dengan melakukan kerjasama dibeberapa sektor seperti ekspor besi baja dan aluminium. 

"Indonesia jangan ketinggalan kereta. Peluang pasar Eropa masih besar mulai dari makanan minuman, pakaian jadi sampai alas kaki. Kuncinya ada di perdagangan dan duta besar kita di eropa untuk cari calon buyer produk indonesia," kata Bhima.

Andry Asmoro, Ekonom Bank Mandiri mengungkapkan dampak dari perang dagang antara AS dan Uni Eropa akan positif kepada Indonesia. Karena perang dagang akan berdampak kepada penurunan GDP (Gross Domestic Product) Indonesia ke dua negara tersebut.

"Dampak positifnya adalah ekspor Indonesia ke negara-negara tersebut bisa terjaga. Penurunan GDP di kedua negara tersebut juga berpengaruh ke penurunan pertumbuhan GDP Indonesia," ujar Andry pada Kontan.co.id. Sabtu (29/7)

Sementara, Eric Sugandi, Project Consultant Asian Development Bank mengatakan, bila perang dagang AS dan Uni Eropa bisa dicegah akan berdampak positif bagi Indonesia. Karena kedua negara tersebut adalah tujuan ekspor Indonesia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .