KONTAN.CO.ID - BEIJING. Dalam menghadapi perang dagang dengan Amerika Serikat yang kian memanas, Tiongkok berupaya memperbaiki hubungan dagang yang tegang dengan Uni Eropa. Uni Eropa merupakan pasar utama terakhir yang terbuka bagi produk-produk China. Namun, para diplomat dan analis mengatakan bahwa memutus kebuntuan yang berkepanjangan tidak akan mudah. Melansir Reuters, Uni Eropa dan mitra dagang utama lainnya berpendapat bahwa investasi berlebihan Tiongkok dalam manufaktur membanjiri dunia dengan barang-barang. Sementara, Beijing menuduh Uni Eropa bersikap proteksionis.
Namun, sejak Presiden AS Donald Trump kembali ke Gedung Putih, sejumlah pejabat dan anggota parlemen Eropa telah mendekati Beijing, yang diakhiri dengan pertemuan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez dengan para pemimpin Tiongkok termasuk Presiden Xi Jinping pada hari Jumat (11/4/2025). Xi, dalam komentar publik pertamanya sejak Trump meluncurkan serangan tarifnya, mengimbau langsung Uni Eropa dengan memberi tahu Sanchez bahwa Tiongkok dan blok Uni Eropa harus bergabung untuk mempertahankan globalisasi dan menentang "tindakan intimidasi sepihak". Baca Juga: Perang Dagang Berkobar, Tiongkok Setop Ekspor Tanah Jarang Kedua belah pihak diam-diam telah mengintensifkan koordinasi, dengan pejabat Uni Eropa setuju untuk memantau pengalihan perdagangan dari tarif AS, yang berpotensi menimbulkan ketegangan pada hubungan, dalam dua panggilan terpisah dengan mitra Tiongkok pada hari Selasa. Tiongkok dan Uni Eropa juga membentuk beberapa kelompok kerja ekonomi setelah kunjungan kepala perdagangan Uni Eropa Maros Sefcovic akhir Maret, termasuk mengenai investasi rantai pasokan kendaraan listrik dan masalah akses pasar agri-food.