Perang dagang memanas lagi, nilai kepemilikan asing di SBN berpotensi tergerus lagi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di atas kertas potensi keluarnya dana investor asing dari pasar obligasi Indonesia masih cukup terbuka dalam waktu dekat. Pasalnya, kondisi global juga kurang mendukung bagi pergerakan pasar obligasi dalam negeri.

Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana beralasan, hal ini terjadi setelah eskalasi perang dagang antara AS dan China kembali memanas akibat pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengancam akan menaikkan lagi tarif impor produk asal China sebesar 25%.

Sentimen tersebut membuat para investor global berbondong-bondong menghindari aset-aset berisiko untuk sementara waktu.


Selain itu, hasil data pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2019 sebesar 5,07% (yoy) tampak belum cukup memberikan kepercayaan bagi investor asing. Sebab, hasil tersebut hanya naik sedikit dibandingkan periode yang sama di tahun lalu yaitu 5,06% (yoy) dan lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 5,2% (yoy).

Stagnannya angka pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama kembali menimbulkan isu bahwa ancaman perlambatan ekonomi global dapat menular ke dalam negeri.

Di sisi lain, Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management Eric Sutedja menilai, rilis data pertumbuhan ekonomi domestik tidak terlalu mempengaruhi minat investor asing terhadap pasar obligasi nasional di masa mendatang.

Alasannya, pertumbuhan investasi langsung masih belum tumbuh signifikan akibat sikap wait and see jelang pemilu. Dengan begitu, ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali pulih di kuartal kedua dan seterusnya.

Lebih lanjut, meski dalam tren naik, posisi yield Surat Utang Negara (SUN) masih cukup menarik untuk mendorong investor asing masuk ke pasar obligasi Indonesia. “Koreksi harga SUN saat ini masih wajar asalkan imbal hasilnya belum menembus level 8%,” kata Eric, Senin (6/5).

Sebagai catatan, yield SUN seri acuan 10 tahun hingga hari ini (6/5) berada di level 7,93%.

Senada, Fikri melihat, yield SUN saat ini masih terbilang prospektif di mata investor asing. Terlebih lagi, inflasi Indonesia masih di level yang rendah sehingga potensi real interest Indonesia masih cukup besar. “Namun hal itu akan sedikit berbeda jika kurs rupiah semakin terdepresiasi, terutama bila melewati level Rp 14.600,” tandas dia.

Perlu diketahui, nilai kepemilikan asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) mengalami penurunan sebesar Rp 6,78 triliun menjadi Rp 960,34 triliun pada bulan April silam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .