KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China menjadi peluang bagi produsen minyak sawit mentah atau
crude palm oil untuk memperbesar porsi ekspornya ke negeri Tirai Bambu tersebut. Pasalnya, perang dagang ini membuat China menghentikan impor kedelai dari AS dan menggantinya dengan CPO. PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (
SMAR) menyatakan, renggangnya hubungan dagang kedua negara adidaya tersebut berpengaruh terhadap jumlah ekspor CPO Indonesia ke China. Apalagi, China menjadi salah satu pangsa pasar terbesar ekspor CPO Tanah Air.
Baca Juga: Soal diskriminasi biodiesel, pemerintah akan ajukan nota keberatan ke UE Sebagai informasi, berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) per 2018, China menjadi pasar ekspor CPO terbesar ketiga dengan jumlah mencapai 4,4 juta ton sepanjang tahun lalu. Berada di bawah ekspor CPO ke Eropa yang sebesar 4,8 juta ton dan India 6,7 juta ton.
Investor Relations Sinar Mas Agribusiness and Food Pinta S. Chandra mengatakan, penjualan produk-produk SMAR ke China pada semester 1-2019 meningkat cukup signifikan. “Terutama dikontribusi dari peningkatan penjualan ekspor biodiesel,” kata dia kepada Kontan.co.id, Rabu (15/8).
Baca Juga: Wah, Kerugian Lengan Bisnis Perkebunan Grup Sinarmas Membengkak premium Tapi, dia enggan merinci besaran kenaikan pengiriman biodiesel tersebut. Sebagai gambaran, penjualan biodiesel domestik dan ekspor berkontribusi 15% terhadap total penjualan SMAR pada paruh pertama tahun ini. Sementara itu, sepanjang semester I-2019, penjualan ekspor SMAR berkontribusi 49,5% terhadap pendapatan total SMAR yang mencapai Rp 17,8 triliun. Saat ditanya mengenai rencana peningkatan ekspor ke China di tengah memanasnya perang dagang, SMAR enggan menjawab secara gamblang. “Kami tidak menetapkan target khusus, tetapi China termasuk tujuan utama ekspor SMAR karena menjadi salah satu pasar minyak nabati terbesar di dunia,” ucap Pinta. Menurut dia, China dan India memang menjadi negara tujuan ekspor utama perusahaan yang juga dikenal dengan nama PT Smart Tbk ini.
SMAR juga akan selalu memfokuskan penjualan ekspor ke pasar-pasar negara berkembang lainnya seperti Pakistan, Timur Tengah, dan Afrika, serta negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat. Sejauh ini, SMAR telah menjual produknya ke lebih dari 70 negara di berbagai kawasan.
Baca Juga: Biodiesel Indonesia kena tarif Eropa, analis merekomendasikan beli saham emiten CPO Tak mau ketinggalan, emiten CPO yang baru tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) Juli 2018 lalu, PT Mahkota Group Tbk (
MGRO) juga berencana memperluas pasar ekspornya ke China. Sekretaris Perusahaan MGRO Elvi mengatakan, pihaknya mengincar China karena menjadi salah satu pangsa pasar CPO terbesar di dunia. Selain China, MGRO juga tengah menjajaki pasar ekspor baru, yakni negara-negara di kawasan Asia lainnya, seperti Filipina dan Korea. Penjajakan ini tidak terbatas pada produk CPO saja tapi juga untuk produk
refinery berupa minyak goreng.
Baca Juga: Mahkota Group (MGRO) segera operasikan pabrik baru Elvi menyadari, sebagai pemain baru di pangsa ekspor, MGRO tidak bisa langsung mendapat porsi besar. "Namun dengan memperluas koneksi mitra dagang diharapkan perseroan bisa mendapatkan porsi yang lebih besar,” ucap dia. Asal tahu saja, penjualan ekspor MGRO sampai saat ini memang masih terbilang kecil, yakni sebesar 1% dari total penjualan. Sejauh ini, melalui salah satu entitas asosiasinya, MGRO telah masuk ke salah satu negara di Benua Afrika. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati