KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dampak perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China justru melemahkan ekonomi AS. Kurs rupiah pun berhasil menguat. Mengutip
Bloomberg di pasar spot, rupiah menguat 0,48% ke Rp 14.160 per dollar AS. Sementara pada kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah melemah tipis 0,007% ke Rp 14.218 per dollar AS.
Baca Juga: Sepanjang Agustus, investor asing lakukan aksi jual Rp 3,44 triliun di pasar SBN Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, sejak Selasa (3/9) malam, indeks dollar AS cenderung melemah. Sentimen negatif yang menekan dollar AS datang dari aktivitas manufaktur AS yang di bawah ekspektasi. Kemarin malam, AS merilis data ISM manufacturing PMI. Indikator ekonomi yang menggambarkan optimisme pelaku pasar di sektor bisnis tersebut tercatat turun ke level 49,1 lebih rendah dari proyeksi pelaku pasar di 51,2. Di sisi lain, justru indeks manufaktur China yang tergambar pada Caixin manufacturing PMI menguat ke level 50,4 lebih tinggi dari ekspektasi pasar di 49,8. Data ini Josua nilai turut memberi sentimen positif pada rupiah.
Baca Juga: Bank Indonesia: Pertumbuhan manufaktur harusnya bisa 7% Selain faktor dari AS dan China, rupiah hari ini menguat juga didukung sentimen dari Hongkong. Baru saja, pemerintah Hongkong akhirnya setuju mencabut undang-undang ekstradisi yang selama ini tidak disetujui warga Hongkong hingga menyebabkan demo besar-besaran. Josua mengamati kepastian kondisi di Hongkong memberi sentimen positif bagi pasar keuangan negara berkembang, termasuk rupiah. Sementara dari dalam negeri juga turut menyokong penguatan rupiah melalui pernyataan BI yang mengatakan ruang pemangkasan rupiah masih terbuka dalam waktu dekat.
Baca Juga: Sepanjang Agustus, investor asing lakukan aksi jual Rp 3,44 triliun di pasar SBN Pergerakan rupiah Kamis (5/9), akan dipengaruhi beberapa pidato dari The Fed dan data neraca perdagangan AS. Dengan berpegang pada membaiknya kondisi di Hong Kong, Josua memproyeksikan, besok rupiah berpotensi menguat terbatas ke Rp 14.150 per dollar AS hingga Rp 14.225 per dollar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat