Perang dagang memukul industri chip Amerika



KONTAN.CO.ID - PERUSAHAAN chip berbasis di Amerika Serikat (AS) Broadcom Inc berpotensi kehilangan pendapatan US$ 2 miliar akibat perang dagang antara Amerika dan China yang makin memanas. Terutama akibat dilarangnya perusahaan Amerika melakukan bisnis dengan Huawei Technologies Inc.

Reuters melaporkan, merujuk dari proyeksi bisnis yang dipublikasikan perseroan, Kamis (14/6) lalu. Dalam presentasi tersebut perusahaan, performa perusahaan pada kuartal 2/2019 juga menjadi bukti nyata dampak buruk yang diakibatkan perang dagang Amerika dan China yang turut melemahkan laju industri global.

Saham Broadcom telah anjlok hingga 8,6%, yang mengakibatkan kapitalisasi pasarnya tergerus hingga US$ 9 miliar.


Beberapa perusahaan serupa macam Qualcomm, Applied Materials Inc, Intel Corp, Advanced Micro Devices Inc and Xilinx Inc juga mengalami hal serupa dengan penurunan nilai saham di kisaran 1,5% hingga 3%.

Beberapa pemasok Huawei juga mencatatkan penurunan saham, bahkan 29 dari 30 anggota Philadelphia Chip Index uga tergerus sahamnya. Hal serupa juga terjadi untuk perusahaan serupa asal Eropa seperti STMicroelectronics, Infineon and AMS.

“Kita bisa melihat secara jelas dan sederhana bahwa hal tersebut merupakan dampak pelarangan pembelian (kepada Huawei), tanpa ada kejelasan pengganti pasar,” kata Chief of Executive Broadcom Hock Tan.

Huawei sendiri berkontribusi sekitar US$ 900 juta, atau setara 4% dari penjualan Broadcom tahun lalu. Meski demikian, dalam paparannya Broadcam menyatakan bahwa penurunan bisnis tak terjadi akibat dari Huawei saja, melainkan dari seluruh industri.

“Kita bicara soal ketidakpastian di pasar kami yang terjadi akibat berkurangnya pesanan, lantaran pasar juga makin menyempit,” lanjut Tan.

Industri semikonduktor sejatinya memang telah mengalami perlambatan sejak semester kedua 2018. Para pelaku industri juga telah diperingatkan bahwa pada April akan terjadi penurunan siklus yang dapat terjadi hingga dua tahun mendatang.

Hal tersebut terutama terjadi akibat kejenuhan pasar ponsel di negara-negara maju. Meskipun, masih ada ruang untuk ekspansi yang berasal dari prouk macam self drving car, serta perangkat rumahan, dan kantoran.

Hal ini juga makin diperparah dengan risiko geoplitik yang ditimbulkan dari perang dagang Amerika dan China. Apalagi dengan ditambah pelarangan Huawei.

Bradcom diketahui memproduksi chip komunikasi untuk memberi konektivitas Wi-Fi, Bluetooth, dan GPS di ponsel pintar. Broadcom juga salah satu pemasok terbesar Apple Inc, dan saham produsen iPhone ini pun telah anjlok 1%.

“Kami percaya proyeksi Broadcom di semester kedua 2019 tak langsung disebabkan masalah pelarangan ekspor Huawei, namun juga hasil dari dampak tak langsung pelanggan Huawei lainnya, serta dari tambahan tarif impor yang kemungkinan menimpa industri turunannya,” kata Analis Summit Insights Group Kinngai Chan.

Finisar Corp, perusahaan yang memproduksi sensor wajah, transceivers, dan komponen lainnya untuk jaringan telekomunikasi juga telah menyatakan pelarangan Huawei akan berdampak pada pendapatan perusahaan di masa depan.

Huawei sendiri menyumbang 10% dari total pendapatan fiskal perusahaan pada 2019. Hal serupa juga diakui oleh CEO Micron Technology.

“Saya pikir kalian semua bisa melihat bagaimana semua perusahaan (Qorvo, Skyworks, Maxlinear, Cree, Inphi, Lumentum, NeoPhotonics) yang telah mengumumkan kinerja kuartalan mereka terdampak atas pelarangan Hauwei,” ujar Chen.

“Saat ini masalahnya akan meluas ke taraf berikutnya yang para perusahaan biasanya enggan membicarakannya. Kami percaya gelombang berikutnya akan lebih besar dari yang Broadcom, Micron, dan Western Digital katakan,” tambahnya.

Editor: Yudho Winarto