Perang dagang mendorong harga CPO ke level terendah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) kembali terdampar ke level terendah. Memanasnya konflik perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China, serta ketidakpastian ekspor CPO ke Eropa membuat harga komoditas perkebunan ini terus tertekan pasca berakhirnya sentimen lebaran.

Rabu (20/6), harga CPO kontrak pengiriman September 2018 di Malaysia Derivative Exchange turun 0,04% dibanding sehari sebelumnya jadi RM 2.262 per metrik ton. Ini merupakan level harga terendah CPO sejak September 2016. Dalam sepekan, harganya sudah anjlok 3,05%.

Direktur Utama Garuda Berjangka Ibrahim mengamati, tren harga CPO sejak awal tahun ini memang terus mengalami penurunan. Kondisi ini muncul terutama pasca tercetusnya ancaman perang dagang oleh AS kepada sejumlah negara, termasuk China.


Saat ini, AS juga mulai mengincar Kanada dan Uni Eropa. "Saat ini, harga CPO diselimuti dua persoalan besar, yaitu perang dagang AS dan ekspor ke wilayah Eropa yang tidak pasti," kata Ibrahim, Rabu (20/6).

Sebagai informasi, selama ini, Eropa tercatat sebagai konsumen minyak sawit mentah terbesar kedua di dunia setelah Asia. Pasokan CPO di Eropa Timur selama ini didominasi oleh produk dari Indonesia dan Malaysia.

Menurut Ibrahim, sentimen buruk mengenai produk CPO masih berkembang di pasar Eropa. Tambah lagi, kebijakan European Central Bank (ECB) yang masih akan menahan suku bunga acuan membuat pasar derivatif lesu. Akibatnya, dollar Amerika Serikat (AS) menguat tajam.

Kendati demikian, penguatan the greenback yang membuat ringgit melemah tak serta merta mendongkrak harga CPO. Sentimen perang dagang membuat kondisi pasar kembali terancam volatilitas tinggi. Hal ini membuat prediksi awal harga CPO bisa bertahan di atas RM 2.400 per ton jadi meleset.

Belum lagi, ekspor CPO Malaysia merosot sepanjang bulan ini. Hal ini turut membebani harga. Menurut perusahaan layanan survei dan inspeksi AmSpec Agri, ekspor CPO Malaysia yang mereka tangani di periode 1-20 Juni tercatat sebesar 690.015 ton, atau turun 6,4% dibandingkan dengan periode yang sama di bulan sebelumnya.

Ibrahim berpendapat, harga CPO hingga akhir tahun masih lesu. "Sentimen kenaikan suku bunga The Federal Reserve yang kemungkinan masih dua kali lagi juga akan mempersulit harga CPO naik lebih tinggi lagi," imbuh dia.

Apalagi secara teknikal, harga komoditas perkebunan ini masih dalam kondisi bearish. "Moving average (MA) masih berada 20% di atas bollinger bawah. Ini mengindikasikan harga masih berpotensi jatuh," tambah Ibrahim.

Begitu juga dengan indikator relative strength index (RSI) maupun moving average convergence divergence (MACD) yang masing-masing berada di level 60% negatif. Hanya indikator stochastic yang menurut Ibrahim masih dalam posisi flat, sehingga memberi sinyal wait and see.

Berdasarkan kondisi teknikal tersebut, Ibrahim berpendapat harga minyak sawit mentah masih akan melanjutkan tren pelemahan. Ia memprediksi, hari ini (21/6) harga CPO bergerak dalam rentang RM 2.240–RM 2.275 per metrik ton. Lalu, sepekan ke depan, ia memproyeksi harga CPO akan bergerak dalam kisaran RM 2.220–RM 2.290 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati