KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China bakal terus membuat rupiah tertekan. Ada indikasi kedua negara tersebut bakal saling berbalas serangan, terkait kebijakan impor. Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, selama tensi konflik antara AS dan China masih tinggi, rupiah sulit rebound. "Kalaupun ada ruang penguatan buat rupiah, faktor penyebabnya lebih bersifat teknikal," ujar dia, akhir pekan lalu (23/3). Menurut David, AS dan Negeri Tirai Bambu berada dalam posisi yang sama-sama kuat dalam perang dagang. Untungnya, analis Valbury Asia Futures Lukman Leong menyebut, keputusan Bank Indonesia yang tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 4,25% sesuai prediksi pelaku pasar. "Setidaknya rupiah tidak akan melemah terlalu dalam," ujar dia.
Perang dagang menekan nilai tukar rupiah
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China bakal terus membuat rupiah tertekan. Ada indikasi kedua negara tersebut bakal saling berbalas serangan, terkait kebijakan impor. Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, selama tensi konflik antara AS dan China masih tinggi, rupiah sulit rebound. "Kalaupun ada ruang penguatan buat rupiah, faktor penyebabnya lebih bersifat teknikal," ujar dia, akhir pekan lalu (23/3). Menurut David, AS dan Negeri Tirai Bambu berada dalam posisi yang sama-sama kuat dalam perang dagang. Untungnya, analis Valbury Asia Futures Lukman Leong menyebut, keputusan Bank Indonesia yang tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 4,25% sesuai prediksi pelaku pasar. "Setidaknya rupiah tidak akan melemah terlalu dalam," ujar dia.