KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah sentimen eksternal seperti kelanjutan perang dagang Amerika Serikat (AS)-China dan pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC) akan mempengaruhi pergerakan rupiah, pekan depan (17/6). Dari internal, hasi pertemuan Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) juga akan menjadi sentimen penggerak rupiah. Pertemuan antara AS-China untuk meredakan tensi perang dagang diagendakan berlangsung tanggal 28 Juni mendatang. Namun, testimoni dan langkah dari kedua negara Adidaya itu patut diwaspadai. Ekonom Bank UOB, Enrico Tanuwidjaja mengatakan berkaca dalam pertemuan yang sudah terjadi, biasanya ada cuitan atau surat dari salah satu pihak. Dia bilang, sentimen eksternal itu akan membuat dollar AS menguat pada sesi perdagangan besok dan pekan depan. Apalagi dollar AS sampai saat ini masih dianggap sebagai aset safe haven saat geopolitik masih panas.
Enrico memperkirakan kurs rupiah dalam perdagangan besok (17/6) akan diperdagangkan melemah di kisaran Rp 14.250-Rp.14.350 per dollar AS. Bahkan dalam sepekan ke depan masih cenderung melemah. Maklum, pekan depan akan nada rapat FOMC dan rapat Gubernur Bank Indonesia (RDG). Spekulasi yang beredar adalah sikap the Fed bakal dovish dan memangkas suku bunga acuannya saat ini yang masih di level 2,25%-2,5%. Sikap The Fed biasanya menjadi salah satu tolak ukur BI dalam me entukan arah suku bunga. Namun, Enrico menilai, sebaiknya bunga BI tidak dipangkas sebab masih terlalu dini. Lagi pula rupiah masih cenderung volatile dan perlu mempertahankan imbal hasil dalam pasar surat utang yang lebih menarik. “Tunggu kebijakan moneter stabil dulu baru dipangkas,” tutur Enrico.