Perang dagang, saham sektor tambang masih punya peluang



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gelombang pertama perang dagang antara dua negara raksasa yakni Amerika Serikat (AS) dan China ditandai dengan pemberlakuan tarif ekspor hingga 25% pada 6 Juli 2018.

Hal ini menyebabkan sebagian besar pasar di Asia mencatatkan penurunan dalam beberapa hari terakhir ini. Shanghai Composite Index turun 0,92% hari ini. Nikkei 225 mencatatkan turun 0,78%.

Namun demikian, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru mencatatkan penguatan bahkan hingga dua hari berturut-turut. IHSG hari ini naik sebesar 0,10% meski IHSG hari ini didominasi dengan pergerakan di zona merah.


William Hartanto, Analis Panin Sekuritas menilai bahwa sentimen perang dagang ini menjadikan mayoritas pergerakan saham Asia turun. Ia mengatakan bahwa penurunan di bursa Asia sudah mulai terbatas. "Saya mengamati bahwa selama lima hari terakhir penurunan sudah tidak terlalu parah, grafiknya melandai," kata William, Kamis (5/7).

Meski demikian, dia mengatakan bahwa sentimen utama yang ada di Asia saat ini berasal dari perang dagang. William mengatakan bahwa saat ini IHSG sedang mempertahankan support. William menilai bahwa support psikologis IHSG ada di level 5.500.

Dia mengatakan, penurunan indeks ini membuat beberapa sektor bisa saja mencatatkan penurunan saham yang signifikan seperti emiten-emiten yang berbasis impor. Selain itu, emiten properti consumer goods dan juga perbankan sebaiknya dihindari terlebih dahulu.

Sementara itu, Ia menyarankan untuk bisa mengoleksi saham-saham sektor pertambangan khususnya batubara. "Dan secara historis komoditas memang berbanding terbalik dengan market jadi kalau market melemah, harga komoditas cenderung menguat," terang William.

Ia merekomendasikan untuk membeli saham PTBA dengan target harga Rp 5.000 per saham, ADRO dengan target harga Rp 2.200 per saham, HRUM dengan target harga berturut-turut sebesar Rp 2.750 hingga Rp 3.000 dan ITMG dengan target harga Rp 25.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati