Perang Pecah di Sudan, Apa Penyebab Utamanya?



KONTAN.CO.ID - Perang yang meletus di ibu kota Sudan, Khartoum, dan di tempat lain di negara itu adalah akibat langsung dari perebutan kekuasaan yang ganas di dalam kepemimpinan militer negara itu.

Melansir BBC, bentrokan terjadi antara tentara reguler dan pasukan paramiliter yang disebut Rapid Support Forces (RSF).

Berikut adalah penjelasan singkat asal muasal terjadinya perang di Sudan dan pihak mana saja yang terlibat. 

Di mana letak Sudan?


Sudan berada di timur laut Afrika dan merupakan salah satu negara terbesar di benua itu, dengan luas meliputi 1,9 juta kilometer persegi.

Sudan juga salah satu negara termiskin di dunia, dengan 46 juta penduduknya hidup dengan pendapatan tahunan rata-rata US$ 750 per kepala.

Populasi Sudan didominasi Muslim dan bahasa resmi negara tersebut adalah bahasa Arab dan Inggris.

Siapa yang berperang di Sudan?

Sejak kudeta 2021, Sudan dijalankan oleh dewan jenderal, yang dipimpin oleh dua orang militer yang menjadi pusat perselisihan ini:

Pertama, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, kepala angkatan bersenjata dan presiden negara itu dan wakilnya. 

Kedua, pemimpin RSF, Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, lebih dikenal dengan nama Hemedti.

Mereka tidak setuju dengan arah negara dan langkah yang diusulkan menuju pemerintahan sipil.

Masalah utama adalah rencana untuk memasukkan 100.000 RSF ke dalam tentara, dan siapa yang kemudian akan memimpin pasukan baru.

Baca Juga: Menlu Mengimbau WNI di Sudan Segera Melapor ke KBRI Untuk Evakuasi Tahap II

Mengapa pertempuran di Sudan dimulai?

Penembakan dimulai pada 15 April setelah terjadi ketegangan selama berhari-hari ketika anggota RSF ditempatkan kembali di seluruh negeri dalam suatu tindakan yang dianggap tentara sebagai ancaman.

Ada harapan bahwa pembicaraan dapat menyelesaikan situasi, tetapi ini tidak pernah terjadi.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, masih diperdebatkan siapa yang melepaskan tembakan pertama tetapi pertempuran dengan cepat meningkat di berbagai bagian negara dengan lebih dari 400 warga sipil tewas.

Baca Juga: 538 WNI di Sudan Dievakuasi dari Khartum Menuju Jeddah

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie