KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Manchester City dan Premier League sama-sama mengklaim kemenangan dalam perselisihan hukum terkait aturan transaksi pihak terkait (
Associated Party Transactions/APT). Pertarungan ini telah memunculkan perpecahan besar di sepak bola Inggris, terutama dalam hal regulasi yang bertujuan mengendalikan nilai kesepakatan sponsor dengan perusahaan yang terkait dengan pemilik klub. Dua aspek dari aturan tersebut dinyatakan tidak sah oleh pengadilan, meskipun Premier League menyatakan bahwa hanya "sejumlah kecil elemen" yang melanggar hukum persaingan, dan mereka bisa segera diperbaiki. Pertemuan para pemegang saham liga telah dijadwalkan untuk memperbaiki aturan ini pada bulan ini.
Baca Juga: Pemilik West Ham United Pangkas Harga Rumah Mewah di London Sebesar US$13,3 Juta Gugatan Arbitrasi oleh Manchester City
Pada bulan Februari, Manchester City meluncurkan gugatan arbitrase yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan tuduhan diskriminasi terkait aturan yang mengatur nilai pasar wajar (
Fair Market Value/FMV) pada sponsor dan transfer. Dalam sidang yang berlangsung secara tertutup selama dua minggu pada bulan Juni, hingga 60 pengacara dari kedua belah pihak terlibat. Salah satu poin utama dalam argumen City adalah bahwa aturan APT tidak hanya berlaku untuk kesepakatan sponsor, tetapi juga untuk pinjaman dari pemegang saham. Klub-klub rival seperti Arsenal dan Tottenham telah mendapat manfaat dari pinjaman pemegang saham selama beberapa tahun terakhir, dan City mengklaim bahwa tidak mengaplikasikan tes pasar wajar terhadap pinjaman tersebut adalah "diskriminatif" serta melanggar putusan arbitrase.
Putusan Pengadilan: Tidak Ada Kemenangan Besar yang Mutlak
Meskipun Manchester City mengklaim berhasil dalam gugatan mereka, para ahli hukum menyatakan bahwa kedua belah pihak tidak bisa mengklaim kemenangan besar.
Baca Juga: FIFA Menolak Coret Israel dari Anggota Sepak Bola Dunia Pengadilan menemukan bahwa keputusan Premier League untuk memveto dua kesepakatan sponsor dengan perusahaan terkait City harus dibatalkan karena prosedur yang salah dalam proses pembanding. Namun, yang paling signifikan bagi klub-klub rival adalah tantangan sukses City bahwa pinjaman dari pemegang saham juga harus diuji nilai pasarnya. Arsenal, misalnya, telah meminjam lebih dari £200 juta dari pemegang saham pada akhir musim 2022-23, dan beberapa klub seperti Everton yang mendukung posisi City mungkin juga terdampak oleh keputusan ini. Aturan yang tidak mengaplikasikan tes pasar wajar pada pinjaman ini dianggap oleh panel pengadilan sebagai "mengizinkan satu bentuk subsidi tetapi tidak yang lain."
Dampak Terhadap Persaingan di Liga Premier
Keputusan pengadilan ini berpotensi memengaruhi persaingan di Liga Premier dalam beberapa tahun ke depan. City dan klub-klub pendukungnya berargumen bahwa aturan APT saat ini mendistorsi persaingan karena beberapa klub dapat menerima keuntungan komersial dari pinjaman pemegang saham tanpa harus tunduk pada aturan nilai pasar wajar. Di sisi lain, Premier League menolak kemungkinan adanya pelonggaran besar dalam aturan APT yang akan mempermudah klub-klub untuk mengatur kesepakatan sponsor yang lebih menguntungkan dengan perusahaan yang terkait dengan pemilik mereka.
Baca Juga: Jangan Tertipu! Tiket Piala Dunia 2026 Belum Dijual hingga Akhir Tahun 2025 Perspektif Para Klub Rival
Klub-klub seperti Manchester United, Liverpool, dan Arsenal, yang menjadi saksi bagi Premier League dalam kasus ini, berpendapat bahwa aturan APT diperlukan untuk mencegah kesenjangan kompetitif yang lebih besar. Namun, beberapa klub seperti Everton dan Newcastle United menunjukkan simpati terhadap posisi Manchester City, karena mereka juga telah menerima pinjaman pemegang saham yang signifikan. Salah satu alasan Premier League memperkenalkan aturan APT adalah untuk mencegah perusahaan yang terkait dengan pemilik klub menggunakan kesepakatan sponsor yang berlebihan untuk meningkatkan pendapatan dan memungkinkan klub menghabiskan lebih banyak uang untuk pemain. Regulasi ini diperketat setelah akuisisi Newcastle United oleh Public Investment Fund (PIF) Arab Saudi pada akhir 2021.
Editor: Handoyo .