JAKARTA. Persaingan ketat perebutan dana pihak ketiga (DPK), khususnya deposito, oleh bank di Indonesia masih belum akan berakhir. Sebab, pertumbuhan kredit lebih cepat ketimbang pertumbuhan dana simpanan di bank.Alka Anbarasu, Assistant Vice President Moody's Investors Service menilai, persaingan masih akan berlangsung ketat dalam 12 bulan–18 bulan ke depan. "Mengingat rata-rata loan to deposit ratio (LDR) per 31 Maret 2014 berkisar 90%, sedikit lebih rendah dari ketentuan maksimal regulator di angka 92%," terang Anbarasu dalam keterangan tertulisnya, Kamis (3/7).Kondisi tersebut akan menekan margin bunga bersih (NIM) bank, khususnya bank kecil yang tak leluasa mengerek suku bunga kredit. Laporan Moody's per 31 Maret menunjukan, sejak awal tahun rata-rata bunga deposito satu bulan bank naik 248 basis poin (bps).Sedangkan, bunga deposito tiga dan enam bulan, masing-masing naik 273 bps dan 218 bps. Buntutnya, NIM perbanan pun menurun menjadi 4,3%, dari rata-rata 5,4% selama periode 2012–2013.Dalam hitungan Anbarasu, setiap terjadi kenaikan 100 bps suku bunga deposito, akan menggerus return on equity (ROE) sebanyak 3%. Namun, "Meski terjadi kontraksi profitabilitas, bank-bank di Indonesia masih menguntungkan ketimbang perbankan global," kata dia.Meski likuiditas ketat, sejumlah bank mengaku posisi LDR-nya masih aman. Tigor M. Siahaan, Chief Country Officer Citibank Indonesia menyebut, LDR Citibank saat ini baru sebesar 75%.Dalam menghimpun dana, Tigor bilang, Citibank tetap fokus pada dana murah dibandingkan deposito. "DPK deposito kami hanya 30%, sisanya dana murah," terangnya.Atas dasar itu, Citibank tahun ini menargetkan bisa mencetak pertumbuhan laba di atas 10%. Tahun lalu, laba Citibank naik 6,78% year on year menjadi Rp 1,99 triliun.Nasib mujur bagi bank yang punya dukungan kuat dari sang induk. Joseph Abraham, Chief Executive Officer ANZ Indonesia menyatakan, ANZ tidak khawatir LDR bakal melesat, karena dapat menerima suntikan modal dari induknya. "Kami akan jaga LDR di bawah 100%," tuturnya.Fauzi Ichsan, Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia mengkritik perbankan di Indonesia yang terlalu besar menetapkan NIM. Sementara, peran menggerakkan sektor riil belum optimal.Keterbatasan modal bank mungkin menjadi faktor seretnya penyaluran kredit ke sektor riil. Sebabnya, "Konglomerat Indonesia yang mau terjun ke bisnis bank tak banyak. Industri ini terlalu diatur dengan ketat," ujar Fauzi.Jalan keluarnya, kata Fauzi, adalah mendorong bank kecil untuk merger, lalu kemudian dibeli oleh investor asing yang punya modal jumbo.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Perang suku bunga masih berlanjut
JAKARTA. Persaingan ketat perebutan dana pihak ketiga (DPK), khususnya deposito, oleh bank di Indonesia masih belum akan berakhir. Sebab, pertumbuhan kredit lebih cepat ketimbang pertumbuhan dana simpanan di bank.Alka Anbarasu, Assistant Vice President Moody's Investors Service menilai, persaingan masih akan berlangsung ketat dalam 12 bulan–18 bulan ke depan. "Mengingat rata-rata loan to deposit ratio (LDR) per 31 Maret 2014 berkisar 90%, sedikit lebih rendah dari ketentuan maksimal regulator di angka 92%," terang Anbarasu dalam keterangan tertulisnya, Kamis (3/7).Kondisi tersebut akan menekan margin bunga bersih (NIM) bank, khususnya bank kecil yang tak leluasa mengerek suku bunga kredit. Laporan Moody's per 31 Maret menunjukan, sejak awal tahun rata-rata bunga deposito satu bulan bank naik 248 basis poin (bps).Sedangkan, bunga deposito tiga dan enam bulan, masing-masing naik 273 bps dan 218 bps. Buntutnya, NIM perbanan pun menurun menjadi 4,3%, dari rata-rata 5,4% selama periode 2012–2013.Dalam hitungan Anbarasu, setiap terjadi kenaikan 100 bps suku bunga deposito, akan menggerus return on equity (ROE) sebanyak 3%. Namun, "Meski terjadi kontraksi profitabilitas, bank-bank di Indonesia masih menguntungkan ketimbang perbankan global," kata dia.Meski likuiditas ketat, sejumlah bank mengaku posisi LDR-nya masih aman. Tigor M. Siahaan, Chief Country Officer Citibank Indonesia menyebut, LDR Citibank saat ini baru sebesar 75%.Dalam menghimpun dana, Tigor bilang, Citibank tetap fokus pada dana murah dibandingkan deposito. "DPK deposito kami hanya 30%, sisanya dana murah," terangnya.Atas dasar itu, Citibank tahun ini menargetkan bisa mencetak pertumbuhan laba di atas 10%. Tahun lalu, laba Citibank naik 6,78% year on year menjadi Rp 1,99 triliun.Nasib mujur bagi bank yang punya dukungan kuat dari sang induk. Joseph Abraham, Chief Executive Officer ANZ Indonesia menyatakan, ANZ tidak khawatir LDR bakal melesat, karena dapat menerima suntikan modal dari induknya. "Kami akan jaga LDR di bawah 100%," tuturnya.Fauzi Ichsan, Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia mengkritik perbankan di Indonesia yang terlalu besar menetapkan NIM. Sementara, peran menggerakkan sektor riil belum optimal.Keterbatasan modal bank mungkin menjadi faktor seretnya penyaluran kredit ke sektor riil. Sebabnya, "Konglomerat Indonesia yang mau terjun ke bisnis bank tak banyak. Industri ini terlalu diatur dengan ketat," ujar Fauzi.Jalan keluarnya, kata Fauzi, adalah mendorong bank kecil untuk merger, lalu kemudian dibeli oleh investor asing yang punya modal jumbo.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News