Perang tarif dagang AS-China jilid dua mulai berlaku



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Tensi hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China memanas lagi. AS mulai menerapkan kebijakan tarif impor sebesar 25% atas produk dari China senilai US$ 16 miliar.

Seperti dikutip Reuters, Kantor Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS telah mengonfirmasi di website mereka bahwa mulai pukul 12.01, Kamis (23/8) waktu AS, mulai mengenakan tarif impor sebesar 25% pada 279 kategori produk dari China senilai US$ 16 miliar.

Kategori produk tersebut termasuk semikonduktor, plastik, bahan kimia dan peralatan kereta api. China tak mau kalah dan juga mulai efektif mengenakan tarif impor yang sepadan senilai US$ 16 miliar atas barang dari AS.


Pemberlakukan tarif impor ini terjadi di tengah upaya pembicaraan baru soal perdagangan kedua negara di Washington yang berlangsung dua hari mulai 22-23 Agustus 2018. Pertemuan tersebut dilakukan pejabat tingkat menengah dari kedua belah pihak dan merupakan negosiasi formal pertama sejak Menteri Perdagangan AS bertemu dengan penasihat ekonomi Cina Liu He di Beijing pada Juni 2018 silam.

Kementerian Perdagangan China mengatakan, AS tetap keras kepala dengan menerapkan tarif terbaru. "China dengan tegas menentang ini, dan akan terus mengambil tindakan yang diperlukan," demikian pernyataan Kementerian Perdagangan China seperti dilansir Reuters.

China juga akan mengajukan komplain atas penerapan tarif impor terbaru AS ini ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Presiden AS Donald Trump telah mengancam akan mengenakan tarif impor atas barang-barang dari China hingga senilai lebih dari US$ 500 miliar. Kecuali China setuju untuk melakukan perubahan kebijakan soal perlindungan hak atas kekayaan intelektual, program subsidi industri dan struktur tarif, serta membeli lebih banyak barang AS.

Ancaman Trump ini meningkatkan kekhawatiran bahwa China akan mempertimbangkan langkah-langkah pembalasan lain, seperti mempersulit bisnis perusahaan-perusahaan AS di China, atau membiarkan mata uang yuan melemah lebih jauh untuk mendukung eksportir China.

Para pejabat pemerintah Trump mengakui sulitnya menekan China. Namun Gedung Putih yakin bahwa mereka bakal memenangkan perang perdagangan karena ekonomi Tiongkok melambat dan pasar sahamnya jatuh.

“Mereka tidak akan menyerah begitu saja. Tentu saja mereka akan membalas sedikit,” kata Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross.

Pada akhirnya, kata Ross, AS memiliki lebih banyak peluru daripada China. "Mereka tahu itu. Kami memiliki ekonomi yang jauh lebih kuat daripada yang mereka miliki, mereka juga tahu itu,” imbuh Ross.

Para ekonom memperkirakan, setiap US$ 100 miliar impor yang terkena tarif akan mengurangi perdagangan global sekitar 0,5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat