Perang yuan dan dollar AS kian memanas



BEIJING. Perseteruan antara China dan Amerika Serikat (AS) mengenai nilai tukar yuan dan dollar AS terus memanas. Keduanya bersikeras pada pendirian masing-masing.

China, melalui wakil menteri luar negeri yaitu Cui Tiankai menyatakan jika Paman Sam terus-menerus menekan Beijing dengan membuat undang-undang mengenai mata uang, maka perang dagang akan meletus. "Dan hal itu bisa melukai hubungan China dan Amerika yang sudah terjalin baik," ungkapnya.

AS selama ini meminta pemerintah China melepas peg yuan dan dibiarkan menguat oleh mekanisme pasar. "Jika perang dagang terjadi, hal itu bisa memperparah kondisi AS yang tengah berusaha keluar dari masalah keuangan. Perekonomian ekonomi dunia yang saat ini melambat akan terus menurun," terang Tiankai.


Beijing mengklaim telah berkomitmen mereformasi yuan secara bertahap yang telah naik 30% terhadap dollar AS sejak 2005.

Sebelumnya, sejumlah politisi dan kelompok usaha menuduh China sengaja menekan nilai yuan. Dengan mempertahankan nilai yuan yang relatif rendah, maka ekspor China bukan saja lebih murah dan mampu bersaing dengan saingannya namun juga membuat produk impor lebih mahal dibanding produk dalam negeri.

Hal itu dianggap merusak bisnis dan lapangan kerja di AS, khususnya ketika perekonomian negeri Paman Sam tengah berjuang agar bisa keluar dari risiko resesi.

Editor: