JAKARTA. Impor minyak dalam negeri di tahun ini diperkirakan masih tetap tinggi. Namun, Bank Indonesia (BI) optimistis, defisit transaksi berjalan pada 2014 akan membaik ditopang perbaikan ekspor ke dunia. Pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini diperkirakan akan meningkat dari 2,9% menjadi 3,5%. Ini juga akan meningkatkan potensi ekspor Indonesia. Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo merinci, tingginya impor minyak didorong kenaikan konsumsi dalam negeri. Tingkat konsumsi minyak akan tumbuh 3,5%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 1,7%. Namun, harga minyak mentah dunia diproyeksikan akan turun dari US$ 109 per barel menjadi US$ 104 per barel. Selain itu, produksi minyak mentah nasional atau lifting ditargetkan naik dari 830.000 barel per hari menjadi 860.000-870.000 barel per hari. "Dengan lifting naik dan harga minyak turun, akan berpengaruh ke pertumbuhan nilai impor migas akan tidak setinggi tahun lalu," kata Perry di Gedung BI, Jumat (10/1). Kenaikan ekspor juga dikarenakan peningkatan permintaan global. Selain itu, harga komoditas di pasar global juga akan naik seiring tingginya permintaan. Di sisi lain, impor non-migas akan melambat seiring konsumsi domestik, terimbas pelambatan pertumbuhan ekonomi nasional. Ekonomi akan tumbuh bias di kisaran 5,8%-6,2%.
Ekspor bisa tolong defisit transaksi
JAKARTA. Impor minyak dalam negeri di tahun ini diperkirakan masih tetap tinggi. Namun, Bank Indonesia (BI) optimistis, defisit transaksi berjalan pada 2014 akan membaik ditopang perbaikan ekspor ke dunia. Pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini diperkirakan akan meningkat dari 2,9% menjadi 3,5%. Ini juga akan meningkatkan potensi ekspor Indonesia. Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo merinci, tingginya impor minyak didorong kenaikan konsumsi dalam negeri. Tingkat konsumsi minyak akan tumbuh 3,5%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 1,7%. Namun, harga minyak mentah dunia diproyeksikan akan turun dari US$ 109 per barel menjadi US$ 104 per barel. Selain itu, produksi minyak mentah nasional atau lifting ditargetkan naik dari 830.000 barel per hari menjadi 860.000-870.000 barel per hari. "Dengan lifting naik dan harga minyak turun, akan berpengaruh ke pertumbuhan nilai impor migas akan tidak setinggi tahun lalu," kata Perry di Gedung BI, Jumat (10/1). Kenaikan ekspor juga dikarenakan peningkatan permintaan global. Selain itu, harga komoditas di pasar global juga akan naik seiring tingginya permintaan. Di sisi lain, impor non-migas akan melambat seiring konsumsi domestik, terimbas pelambatan pertumbuhan ekonomi nasional. Ekonomi akan tumbuh bias di kisaran 5,8%-6,2%.