Perbaikan infrastruktur dapat perlancar distribusi dan tekan harga pangan



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Badan Pusat Statistik telah merilis margin perdagangan dan pengangkutan (MPP). Dalam rilis tersebut, BPS menyebut kalau rantai perdagangan komoditas strategis semakin singkat. Dengan demikian, harga pangan di tingkat konsumen seharusnya semakin rendah. Namun masih terdapat sejumlah daerah yang margin harga pangannya masih tinggi.

Untuk itu, Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian berupaya menekan margin tersebut, khususnya di tingkat konsumen akhir. Salah satu program yang dilakukan adalah memastikan distribusi pangan yang lancar.

"Biasanya margin perdagangan masih besar karena hambatan distribusi khususnya transportasi dan barang cepat busuk sehingga dibebankan ke harga," ujar Deputi Bidang Ekonomi Makro Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir kepada Kontan.co.id, Senin (18/2).


Iskandar melanjutkan, pembangunan infrastruktur massal saat ini juga turut mendorong kelancaran distribusi pangan. Ia berharap berkat infrastruktur yang terus membaik ini, biaya angkut akan turun dan lebih efisien dalam distribusi. Kemudian, distribusi yang lancar dapat mencegah sejumlah komoditas pangan busuk di perjalanan seperti halnya cabai merah dan bawang merah.

"Pada lanjutannya margin perdagangan turun,"harapnya.

Meski demikian, Iskandar mengatakan sejauh ini, belum ada ketentuan margin ideal untuk harga pangan. Namun ia memberikan rambu-rambu, sejauh margin tersebut tidak mencapai 60%, maka itu masih wajar.

Ke depan, Iskandar mengatakan, pemerintah masih fokus memperlancar distribusi komoditas strategis seperti beras yang rentan mengalami fluktuasi harga, akibat musim hujan berkepanjangan. Demikian juga pada distribusi telur dan daging ayam yang kerap mengalami gejolak harga  bila ketersediaan berkurang.

Sebagai perbandingan, pola distribusi perdagangan beras tahun 2017 menunjukkan MPP lebih rendah ketimbang tahun sebelumnya. Tercatat MPP beras pada 2017 sebesar 25,35% alias harga yang diterima konsumen akhir dari produsen meningkat 25,35%. Sedangkan MPP tahun 2016 lebih tinggi, tercatat 26,12%.

Sedangkan MPP cabai merah pada tahun 2017 tercatat 47,10%. Lebih rendah bila dibandingkan MPP 2016 yang tercatat 61,05%. Penurunan tajam ini terjadi karena putusnya satu mata rantai. Pada tahun 2017 pola distribusi cabai merah sudah tidak melalui pengepul.

Untuk daging ayam ras juga turun dari 25,54% pada tahun 2016 menjadi 24,68%. MPP tertinggi untuk komoditas daging ayam ras berada di provinsi Sulawesi Barat yang mencapai 69,3%. Sedangkan MPP terendah berada di Kalimantan Selatan yang hanya 13,2%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli