JAKARTA. PT Indonesia Air Asia menjadi salah satu maskapai yang memiliki ekuitas negatif. Maskapai yang tenar dengan tagline 'now, everybody can fly' itu tengah menimbang opsi yang paling cocok untuk membuat ekuitasnya kembali positif. Sunu Widyatmoko, Chief Executive Officer Indonesia Air Asia bilang, pihaknya tengah mengkaji opsi instrumen sumber pendanaan untuk membuat ekuitas perseroan positif. "Pasti akan dipenuhi, kami kaji beberapa opsi, obligasi salah satunya," imbuhnya, Senin (10/8). Pasalnya, perseroan harus memenuhi peraturan jika saham maskapai penerbangan asing sebesar 51% -nya wajib dipegang lokal. Sehingga, jika ada suntikan dana dari asing maka berpotensi membuat komposisi pemegang saham berubah. Untuk menggelar initial public offering (IPO) juga mustahil. Perseroan memang sedang mempersiapkan diri untuk melantai di bursa saham, tapi bukan dalam waktu dekat. "IPO enggak mungkin dalam waktu dua bulan, kan," tambah Sunu. Hal ini mengacu pada tenggat waktu pemenuhan syarat minimal ekuitas yang diberikan Kementerian Perhubungan hingga 30 September nanti. Sayang, manajemen enggan merinci posisi ekuitasnya saat ini. Sunu menambahkan, negatifnya ekuitas perseroan merupakan imbas dari pelemahan rupiah yang sudah terjadi sejak dua tahun lalu. Kondisi tersebut membuat kerugian akibat beratnya beban operasional terakumulasi hingga saat ini. Tapi, kondisi tersebut tidak menjadi kendala untuk membuat proses pemenuhan syarat ekuitas. "Kalau kendala sebenarnya enggak ada, ini cuma masalah proses," tandas Sunu. Dia menambahkan, perseroan bakal mengadakan rapat pemegang saham untuk membahas instrumen sumber pendanaan apa yang bakal digunakan sehingga syarat minimal ekuitas bisa dipenuhi sesegera mungkin, sebelum akhir September. Karena jika tidak, izin usaha Indonesia Air Asia bisa dibekukan. Pada kesempatan yang sama, CEO Air Asia Tony Fernandez bilang, dia tetap yakin jika Air Asia nanti tidak akan dibekukan izin operasinya. Sebab, manajemen akan memenuhi syarat ekuitas sebelum tenggat waktunya habis. Selain itu, lanjut Tony, kehadiran Air Asia di Indonesia banyak memberikan dampak positif dari segala sektor baik itu sektor pariwisata maupun tambahan lapangan kerja. "Kami berkontribusi positif untuk perekonomian di sini. Tapi, seandainya benar-benar dibekukan, kami akan tetap investasi di sini karena kami sudah mencintai Indonesia," tutur Tony. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Perbaiki ekuitas, Air Asia akan terbitkan obligasi
JAKARTA. PT Indonesia Air Asia menjadi salah satu maskapai yang memiliki ekuitas negatif. Maskapai yang tenar dengan tagline 'now, everybody can fly' itu tengah menimbang opsi yang paling cocok untuk membuat ekuitasnya kembali positif. Sunu Widyatmoko, Chief Executive Officer Indonesia Air Asia bilang, pihaknya tengah mengkaji opsi instrumen sumber pendanaan untuk membuat ekuitas perseroan positif. "Pasti akan dipenuhi, kami kaji beberapa opsi, obligasi salah satunya," imbuhnya, Senin (10/8). Pasalnya, perseroan harus memenuhi peraturan jika saham maskapai penerbangan asing sebesar 51% -nya wajib dipegang lokal. Sehingga, jika ada suntikan dana dari asing maka berpotensi membuat komposisi pemegang saham berubah. Untuk menggelar initial public offering (IPO) juga mustahil. Perseroan memang sedang mempersiapkan diri untuk melantai di bursa saham, tapi bukan dalam waktu dekat. "IPO enggak mungkin dalam waktu dua bulan, kan," tambah Sunu. Hal ini mengacu pada tenggat waktu pemenuhan syarat minimal ekuitas yang diberikan Kementerian Perhubungan hingga 30 September nanti. Sayang, manajemen enggan merinci posisi ekuitasnya saat ini. Sunu menambahkan, negatifnya ekuitas perseroan merupakan imbas dari pelemahan rupiah yang sudah terjadi sejak dua tahun lalu. Kondisi tersebut membuat kerugian akibat beratnya beban operasional terakumulasi hingga saat ini. Tapi, kondisi tersebut tidak menjadi kendala untuk membuat proses pemenuhan syarat ekuitas. "Kalau kendala sebenarnya enggak ada, ini cuma masalah proses," tandas Sunu. Dia menambahkan, perseroan bakal mengadakan rapat pemegang saham untuk membahas instrumen sumber pendanaan apa yang bakal digunakan sehingga syarat minimal ekuitas bisa dipenuhi sesegera mungkin, sebelum akhir September. Karena jika tidak, izin usaha Indonesia Air Asia bisa dibekukan. Pada kesempatan yang sama, CEO Air Asia Tony Fernandez bilang, dia tetap yakin jika Air Asia nanti tidak akan dibekukan izin operasinya. Sebab, manajemen akan memenuhi syarat ekuitas sebelum tenggat waktunya habis. Selain itu, lanjut Tony, kehadiran Air Asia di Indonesia banyak memberikan dampak positif dari segala sektor baik itu sektor pariwisata maupun tambahan lapangan kerja. "Kami berkontribusi positif untuk perekonomian di sini. Tapi, seandainya benar-benar dibekukan, kami akan tetap investasi di sini karena kami sudah mencintai Indonesia," tutur Tony. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News